Membayangkan Kesaktian KTP Elektronik Dalam Menangani Pandemi
![]() |
Gambar : Freepik |
Tapi apa dana ribuan miliar dalam proyek E-KTP ini hanya bisa menghasilkan kayak gini?
Inimah sistem informasi kampus juga bisa kan?
Aku membayangkan, setelah KTP dirubah menjadi elektronik dengan segala gembar-gembor #DigitalDigitalTaiKucing , itu menjadi sebuah kartu sakti mandraguna, kalau mau apa-apa sebut aja NIK kita maka semua data keluar, termasuk catatan kriminal. Bahkan melamar kerja tidak perlu lagi berkas ijazah, transkrip dan data diri seabreg, tinggal cantumkan NIK kita dan akses perusahaan sudah bisa melihat riwayat pendidikan plus kriminalitas kita. Atau ke rumah sakit, ngapain coba pakai kartu BPJS lagi. Harusnya kan dalam KTP sudah include segala catatan kesehatan kita, riwayat penyakit dan apakah kita ditanggung jaminan atau tidak. Dari situ penanganan langsung bisa dilakukan sesuai kebutuhan. Nggak usah ditanya
"Ada riwayat penyakit nggak?"
"pernah berobat di sini sebelumnya?"
Atau
"Pakai BPJS atau mandiri?"
Cukup scan data di EKTP, kelar!
Dompet pun tidak kebanyakan kartu.
KTP, NPWP, SIM 2 biji, kartu-kartu bank, belum lagi Etoll yang harusnya juga include di EKTP.
Proyek EKTP ini, dari proses rekam data sampai cetak kartunya menghabiskan uang banyak yang bahkan belum bisa kita bayangkan bentuk uangnya semana. 5,9 Triliun. Kalau membayangkan Miliar aja kita sudah merasa banyak, ini ribuan miliar. Nolnya banyak banget.
Dan di kondisi pageblug Corona ini, dengan vaksinasi yang sedang berjalan, kenapa KTP tidak difungsikan kesaktiannya. Seharusnya uang ribuan miliar itu bisa membuat KTP kita lebih canggih dari pada Mykad milik Malaysia. Lalu untuk apa datanya sampai-sampai kita perlu KTP ketika divaksin, untuk apa?
Aku membayangkan data dari Satgas Covid-19 ini langsung terintegrasi dengan database pusat. Di situ warga yang telah divaksin akan ada recordnya di data KTP. Kemudian itu menjadi kebijakan juga apakah mereka sudah boleh bepergian, boleh membeli tiket pesawat, atau mengunjungi pusat belanja. Aparat di lapangan tinggal bawa scanner aja, menscan KTP warga yang lewat, apakah boleh memasuki kota ini atau tidak. Jika belum divaksin, maka datanya ada di KTp dan petugas bisa melarangnya mudik, atau NIK otomatis tertolak ketika membeli tiket pesawat atau kereta api. Bahkan nggak bisa masuk tempat rekreasi juga misalnya.
Ngga ada lagi surat bebas Covid yang gampang banget dipalsukan itu. Kalau datanya sudah tertanam di KTP kita mau apa?
Ini jauh lebih hemat, kerja petugas lebih gampang, tracing penyebaran covid lebih rapi dan pastinya warga bakal semangat divaksin.
Tapi kayaknya aku yang Halu.
Untuk mengintegrasikan banyak sekali hal ini bakal butuh mendudukkan banyak stakeholder, elemennya banyak banget. Belum lagi memikirkan kepentingan pribadi masing-masing, arah politik, dan mungkin duitnya nggak cukup yang 5,9 Triliun itu.
Yasudah jadinya gini, ekspektasi tinggi hanya dibayar dengan perubahan wujud KTP dari kertas ke plastik.
Salam
#DigitalDigitalTaiKucing

Posting Komentar