Kenapa Kamu Bisa Menjadi Mahasiswa Salah Jurusan?
![]() |
Pixabay on Pexels |
Cangkeman.net - Salah jurusan sepertinya sudah sangat familiar di telinga mahasiswa. Baik yang masih maba (mahasiswa baru) ataupun mahasiswa yang sudah menginjak semester tua, pasti ada aja yang merasa salah jurusan. Menurut penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) yang dilakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa setidaknya 87% mahasiswa Indonesia merasa telah salah mengambil jurusan pada jenjang perguruan tinggi. Fenomena salah jurusan ini tentu saja sangat mempengaruhi mahasiswa yang bersangkutan, entah itu berdampak pada sisi akademisnya maupun terhadap kesehatan mentalnya.
Berdasarkan pengamatan dan juga obrolanku dengan teman-teman di kampus, serta pengalaman pribadi tentunya (iya, aku juga termasuk korban salah jurusan, hehe), menurutku tipe mahasiswa salah jurusan bisa dibagi menjadi 2, yaitu tipe yang belum tau minat dan bakatnya, serta tipe yang sudah tau minat dan bakatnya.
1. Belum mengetahui minat dan bakatnya
Ini adalah masalah sebagian besar mahasiswa salah jurusan. Pada umumnya, mereka merasa bukan siswa yang bodoh, tapi juga bukan termasuk orang yang sangat pandai dalam satu bidang, dan nggak punya ketertarikan khusus pada satu mata pelajaran. Maka dari itu, ketika dihadapkan pada penentuan jurusan kuliah, mereka bingung menentukan pilihan karena tidak memahami minat bakatnya, hingga kemudian memutuskan untuk mengambil jurusan yang sama dengan teman.
Selain memilih jalan ninja berupa ‘ikut-ikut teman’, ada juga yang menentukan jurusan berdasarkan saran orang tua, saudara, ataupun guru di sekolah. Yang disayangkan adalah orang-orang ini biasanya memberi referensi jurusan yang memiliki prospek kerja paling bagus, akreditasi paling baik, dan grade-nya tinggi. Udah gitu, si calon mahasiswa nggak mencari tahu lebih dalam tentang jurusan yang direkomendasikan tersebut. Asalkan prospek, akreditasi, dan grade-nya bagus, gasss ajalah. Mottonya sih, ‘yang penting kuliah’ gitu kali ya.
Permasalahan minat dan bakat ini sebenarnya nggak terlepas dari sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Dari SD sampai SMA, murid-murid dituntut mendalami semua mata pelajaran yang ada di sekolah tanpa memedulikan apakah murid tersebut minat atau tidak pada pelajaran itu. Setiap mata pelajaran tentunya juga dilengkapi dengan tugas yang seabrek dan berbagai jenis ujian. Jadi, sadar atau enggak, selama ini kita didoktrin hanya untuk belajar dan ujian, tidak dibimbing untuk menemukan dan mengembangkan bakat atau passion. Memang sih, di sekolah ada yang namanya extrakurikuler, tapi hal ini nggak terlalu efektif untuk menjadi wadah murid-murid dalam menggali minat dan bakatnya. Karena itulah, jadinya bingung mau ambil jurusan apa ketika akan kuliah dan pada akhirnya asal memilih jurusan dengan berbagai jalan ninja yang udah disebutkan di atas.
Kemudian, passion ini biasanya baru diketahui ketika sudah menjalani kehidupan perkuliahan. Kalau beruntung, passion tersebut bisa jadi sesuai dengan jurusan yang sudah diambil secara asal. Tapi kalau ternyata nggak sesuai, ya pada akhirnya akan merasakan yang namanya salah jurusan.
2. Sudah tau minat dan bakatnya, tapi masuk di jurusan yang nggak sesuai
Lah, udah tau minat dan bakatnya tapi kok masih salah jurusan, sih?
Memang benar, nggak semua orang yang udah memahami minat dan bakatnya bisa kuliah di jurusan yang tepat. Untuk tipe ini sebenarnya ada beberapa faktor kenapa bisa terjebak di jurusan yang nggak sesuai, salah satunya datang dari keluarga, yakni kedua orang tua. Biasanya, orang tua akan menyarankan anaknya mengambil jurusan yang memiliki prospek kerja bagus untuk masa depan, yang mana saran tersebut berujung pada desakan atau paksaan tanpa memedulikan minat dan potensi si anak. Terkadang, orang tua juga membuat pertimbangan berdasarkan perguruan tingginya. Misalnya, si anak diharuskan berkuliah di kampus X, entah dengan alasan jarak ataupun akreditasi kampusnya, padahal jurusan yang diinginkan oleh anaknya belum tentu ada di kampus tersebut. Sehingga, mau tidak mau, anak harus menuruti keinginan orang tuanya dan mengesampingkan minat serta potensi yang ia miliki. Sesungguhnya, ada banyak sekali permasalahan salah jurusan yang disebabkan oleh faktor ini. Bahkan, sebagian besar temanku yang merasa salah jurusan mengatakan bahwa alasannya memilih jurusan yang ia jalani saat ini bukan karena kehendaknya sendiri, melainkan desakan dari orang tuanya.
Faktor lain yang membuat seseorang terjebak di jurusan yang nggak sesuai meskipun sudah tau minat dan bakatnya adalah kurangnya komitmen dalam diri sendiri. Misalnya, si A sebenarnya punya punya potensi di bidang seni dan ia juga berminat kuliah di jurusan tersebut, tapi dia merasa takut apakah pilihannya nanti akan sesuai dengan ekspektasi atau tidak. Ditambah lagi dengan adanya tekanan-tekanan dari pihak luar, baik itu guru, orang tua, saudara, ataupun teman yang memberi komentar jurusan tersebut nggak jelas lah, nggak akan sukses lah, prospek karirnya jelek lah, dan sejenisnya yang membuat si A semakin bimbang. Pada akhirnya, karena ketakutan dan juga tekanan-tekanan dari pihak lain tersebut, ia pilih main aman dengan mengambil jurusan yang "udah pasti-pasti aja" dan ending-nya merasa salah jurusan. Padahal, apabila dia memiliki komitmen yang kuat untuk mengikuti minatnya, bukan tidak mungkin ia akan sukses melalui jurusan yang ia minati tersebut, karena minat dan potensi menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan cocok atau tidaknya jurusan tersebut untuk kita.
Apapun yang menyebabkan kamu salah jurusan, jangan menyesal berlebihan, karena kesuksesan hidup nggak melulu ditentukan dari jurusan apa yang kamu ambil di perkuliahan. Toh, tidak ada salahnya bekerja di luar jalur keilmuan yang kita pelajari di perguruan tinggi. Tapi buat yang belum terlanjur, menurutku bakal lebih baik kalau dipikirkan lagi matang-matang. Untuk mempertimbangkan jurusan yang sesuai, kamu perlu mengenali diri sendiri lebih dalam, apa yang kamu mau, potensi apa yang kamu miliki, bidang apa yang kamu suka dan tidak suka. Selain itu, komitmen yang kuat dan percaya pada diri sendiri juga sangat diperlukan. Sebab, akan lebih menyenangkan dan lebih berarti kalau kita mendalami hal yang kita minati, karena walaupun hidup bakal baik-baik aja meski salah jurusan, ilmu yang didapat dari perkuliahan nggak akan maksimal kalau menjalaninya dengan setengah hati. Dan satu lagi, salah jurusan itu bisa bikin stress!

Posting Komentar