Apa Salahnya Tidak Mengikuti Histeria Piala Dunia?
![]() |
Detik.com |
Penulis: Budi Prathama
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Bicara soal sepak bola mungkin menjadi salah satu cabang olahraga yang paling digemari oleh masyarakat untuk ditonton, mulai dari yang tinggal di perkotaan hingga masyarakat yang tinggal di sudut-sudut desa terpencil sekalipun. Dari anak-anak hingga para kakek buyut pun tentu gak akan ketinggalan untuk suka sama sepak bola. Bahkan orang yang gak tahu soal seluk-beluk sepak bola juga ikut meramaikan dalam perhelatan perbincangan sepak bola.
Taruhlah misalnya di momen sepak bola Piala Dunia Qatar 2022 kali ini. Di berbagi daerah dan juga di media sosial, terlihat dan terdengar antusias masyarakat untuk terlibat dalam perbincangan sepak bola. Walau nggak menonton secara langsung dan hanya melihat cerita-cerita dari orang lain, mereka juga gak mau ketinggalan untuk terlibat dalam perbincangan sepak bola Piala Dunia Qatar ini. Iya, itu memang hasil konstruksi masyarakat dan mesti diterima.
Fanatisme dan kecintaan terhadap sepak bola masing-masing diperlihatkan dari antusias masyarakat, seperti halnya yang viral di daerah Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, di mana ada masyarakat yang sangat cinta kepada salah satu tim sepak bola yang masuk Piala Dunia Qatar, yaitu Argentina. Saking cintanya kepada kesebelasan Argentina, rumah penggemar tersebut didekorasi dengan lambang bendera Argentina. Di samping itu, di Pambusuang juga ada kampung yang disebut sebagai kampung sepak bola. Yah, lagi-lagi itu bukanlah masalah dan semua orang berhak melakukan itu, selama yang dilakukan itu gak mengganggu hak orang lain.
Namun yang justru masalah kalau ada orang yang sangat cinta sepak bola lantas menghakimi orang lain yang gak cinta sepak bola. Mereka yang enggak cinta sepak bola dianggap kurang gaul atau gak sejiwa dengannya. Bahkan kadang tercipta kata-kata sindiran mengejek kepada mereka yang gak cinta bola. Radikalnya yang mungkin bisa terjadi, orang yang gak cinta bola gak gaul dan dikatain banci kalau dia seorang laki-laki. Itu memang hal lumrah, entah hanya dianggap sebagai lelucon saja ataupun ada maksud yang lain. Tetapi yang jelas, mengatai banci bagi orang yang gak suka nonton atau gak suka main sepak bola adalah tindakan yang gak bermoral.
Mungkin saja orang yang mencemooh orang lain gak gaul kalau gak suka bola atau nonton bola, terutama sepak bola Piala Dunia, dianggapnya sebagai candaan saja. Tetapi perlu juga untuk tetap berhati-hati dalam memberikan respon itu kepada orang lain. Reaksi yang kita tunjukan pada orang lain gak semua orang akan sama menafsirkannya, bisa saja reaksi yang kita tampilkan pada orang lain itu diterima sebagai suatu kebiasaan, tetapi gak menutup kemungkinan ada yang justru merasa ilfeel.
Maka dari itu, kalau cinta bola tetaplah pada porsinya. Bukan hanya karena sepak bola Piala Dunia Qatar ini menjadi trend dan hampir disaksikan semua masyarakat dunia, lantas mengambil kesimpulan bahwa setiap masyarakat itu harus cinta bola. Dan apabila ada yang gak cinta bola, malah dihakimi, baik secara verbal maupun non verbal. Fanatik dan membuat aksi-aksi di luar dugaan terhadap sepak bola sah-sah saja selama gak mengganggu orang lain, itu sih terserah Anda. Tetapi jika ada unsur mengganggu orang lain, itulah yang gak bisa diterima, meskipun itu hanya melalui sindiran yang dibungkus dengan guyonan, tetap saja gak bisa diterima.
Oleh karena itu, terserah kau cinta bola atau nggak, mau pasang bendera tim kecintaan dengan lebar yang bermeter-meter, ya silakan saja. Itu gak masalah selama gak memberikan reaksi menganggap lebih unggul ketimbang yang lain. Dan yang lebih penting mereka yang gak cinta bola gak patut untuk disandingkan antara hobi bola dengan hobi yang lain. Cinta bola dan cinta drakor, bukan sesuatu yang perlu untuk disandingkan, karena semua itu ada porsi dan jalannya masing-masing. Begitulah kiranya, cinta bola atau nggak adalah perkara yang gak patut untuk diributkan.
Cangkeman.net - Bicara soal sepak bola mungkin menjadi salah satu cabang olahraga yang paling digemari oleh masyarakat untuk ditonton, mulai dari yang tinggal di perkotaan hingga masyarakat yang tinggal di sudut-sudut desa terpencil sekalipun. Dari anak-anak hingga para kakek buyut pun tentu gak akan ketinggalan untuk suka sama sepak bola. Bahkan orang yang gak tahu soal seluk-beluk sepak bola juga ikut meramaikan dalam perhelatan perbincangan sepak bola.
Taruhlah misalnya di momen sepak bola Piala Dunia Qatar 2022 kali ini. Di berbagi daerah dan juga di media sosial, terlihat dan terdengar antusias masyarakat untuk terlibat dalam perbincangan sepak bola. Walau nggak menonton secara langsung dan hanya melihat cerita-cerita dari orang lain, mereka juga gak mau ketinggalan untuk terlibat dalam perbincangan sepak bola Piala Dunia Qatar ini. Iya, itu memang hasil konstruksi masyarakat dan mesti diterima.
Fanatisme dan kecintaan terhadap sepak bola masing-masing diperlihatkan dari antusias masyarakat, seperti halnya yang viral di daerah Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, di mana ada masyarakat yang sangat cinta kepada salah satu tim sepak bola yang masuk Piala Dunia Qatar, yaitu Argentina. Saking cintanya kepada kesebelasan Argentina, rumah penggemar tersebut didekorasi dengan lambang bendera Argentina. Di samping itu, di Pambusuang juga ada kampung yang disebut sebagai kampung sepak bola. Yah, lagi-lagi itu bukanlah masalah dan semua orang berhak melakukan itu, selama yang dilakukan itu gak mengganggu hak orang lain.
Namun yang justru masalah kalau ada orang yang sangat cinta sepak bola lantas menghakimi orang lain yang gak cinta sepak bola. Mereka yang enggak cinta sepak bola dianggap kurang gaul atau gak sejiwa dengannya. Bahkan kadang tercipta kata-kata sindiran mengejek kepada mereka yang gak cinta bola. Radikalnya yang mungkin bisa terjadi, orang yang gak cinta bola gak gaul dan dikatain banci kalau dia seorang laki-laki. Itu memang hal lumrah, entah hanya dianggap sebagai lelucon saja ataupun ada maksud yang lain. Tetapi yang jelas, mengatai banci bagi orang yang gak suka nonton atau gak suka main sepak bola adalah tindakan yang gak bermoral.
Mungkin saja orang yang mencemooh orang lain gak gaul kalau gak suka bola atau nonton bola, terutama sepak bola Piala Dunia, dianggapnya sebagai candaan saja. Tetapi perlu juga untuk tetap berhati-hati dalam memberikan respon itu kepada orang lain. Reaksi yang kita tunjukan pada orang lain gak semua orang akan sama menafsirkannya, bisa saja reaksi yang kita tampilkan pada orang lain itu diterima sebagai suatu kebiasaan, tetapi gak menutup kemungkinan ada yang justru merasa ilfeel.
Maka dari itu, kalau cinta bola tetaplah pada porsinya. Bukan hanya karena sepak bola Piala Dunia Qatar ini menjadi trend dan hampir disaksikan semua masyarakat dunia, lantas mengambil kesimpulan bahwa setiap masyarakat itu harus cinta bola. Dan apabila ada yang gak cinta bola, malah dihakimi, baik secara verbal maupun non verbal. Fanatik dan membuat aksi-aksi di luar dugaan terhadap sepak bola sah-sah saja selama gak mengganggu orang lain, itu sih terserah Anda. Tetapi jika ada unsur mengganggu orang lain, itulah yang gak bisa diterima, meskipun itu hanya melalui sindiran yang dibungkus dengan guyonan, tetap saja gak bisa diterima.
Oleh karena itu, terserah kau cinta bola atau nggak, mau pasang bendera tim kecintaan dengan lebar yang bermeter-meter, ya silakan saja. Itu gak masalah selama gak memberikan reaksi menganggap lebih unggul ketimbang yang lain. Dan yang lebih penting mereka yang gak cinta bola gak patut untuk disandingkan antara hobi bola dengan hobi yang lain. Cinta bola dan cinta drakor, bukan sesuatu yang perlu untuk disandingkan, karena semua itu ada porsi dan jalannya masing-masing. Begitulah kiranya, cinta bola atau nggak adalah perkara yang gak patut untuk diributkan.
Budi PrathamaPemuda yang dilahirkan di tanah Mandar dan berkesempatan menjadi alumni mahasiswa jurusan Matematika, namun lebih suka nulis lepas sambil minum kopi, bisa ngobrol di instagram @budi.prathama

Posting Komentar