Tepatkah Keberadaan Karen's Diner di Indonesia?

Suara Merdeka

Penulis:            Latatu Nandemar
Editor:              Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Jika Anda adalah tipe orang yang ingin diperlakukan ramah, mendapatkan senyum manis dari kasir seperti di tempat-tempat makan lainnya, maka jangan pernah datang ke restoran Karen’s Diner.

Karen’s Diner. Sebuah restoran cepat saji asal Australia telah membuka cabangnya di Indonesia. Tepatnya di Jakarta. Pemiliknya adalah Aden Levin dan James Farrell. Restoran yang mereka buat ini mengangkat tema 1950-an. Dengan menu-menu yang memiliki kualitas rasa yang patut untuk diacungi jempol, usaha mereka kian hari kian berkembang sehingga mereka rajin membuka cabang di mana-mana.

Segera saja kehadiran mereka di Indonesia menjadi viral di dunia maya. Lantas apa yang aneh dengan pembukaan restoran semacam itu? Bukankah restoran-restoran cepat saji sudah banyak bertebaran juga di Indonesia yang terkenal dengan budaya santun dan ramah ini -meski sekarang sudah hampir hilang.

Itulah masalahnya. Karen’s Diner merupakan restoran cepat saji yang memilih mengusung konsep yang tak biasa. Jika tempat-tempat kuliner akan memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan, Karen’s Diner justru sebaliknya. Mereka akan memperlakukan konsumen yang datang dengan begitu kasar, wajah yang jauh dari kesan ramah, menyodorkan daftar menu dengan cara melempar tak sopan kepada pelanggan, berdebat dengan pelanggan dengan kata-kata kasar dan masih banyak lagi.

Maka, jika Anda adalah seseorang yang memegang prinsip pembeli adalah raja dan Anda datang ke tempat ini, maka Anda sudah salah memilih tempat. Terlebih lagi Anda datang dengan membawa keluarga disertai anak di bawah umur yang Anda bawa, maka dapat dipastikan lagi Anda datang ke tempat yang sangat salah. Karena anak di bawah umur akan melihat hal-hal negatif yang akhirnya besar kemungkinan akan mereka ingat dan akan mereka tiru.

Dengan kemungkinan-kemungkinan negatif seperti itu, apakah baik jika konsep seperti ini diterapkan di Indonesia? Jika berbicara sukses mungkin bisa saja mereka sukses dengan usaha yang tengah mereka jalani. Karena di era sekarang ini konsep-konsep yang tidak biasa selalu mengundang perhatian untuk didatangi. Hanya saja berbicara tentang masalah efek negatif, akankah kehadiran mereka menggerus moral, perilaku, dan juga bahasa yang ada pada kita yang sebenarnya sudah terkikis jauh karena pengaruh visual-visual yang tidak mendidik?

Jika melihat dari menu yang mereka tawarkan, sepertinya menu tersebut adalah menu yang pangsa pasarnya adalah dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Kehadiran mereka dengan mengusung konsep yang bertentangan dengan nilai dan norma yang ada di negeri ini tentunya akan memberikan dampak yang sangat tidak baik bagi para anak muda yang menjadi konsumen di sana.

Mereka akan sangat terbiasa dengan kata-kata kasar, perilaku tidak ramah, terbiasa dengan konflik yang sengaja dibuat hanya untuk menjadikan acara makan-makan mereka jadi terlihat seru dan juga agar terlihat berbeda daripada yang lain. Tentu saja itu bukanlah sebuah perkembangan yang baik untuk anak-anak muda.

Itu semua malah bisa menambah PR permasalahan kita dalam penanganan generasi muda yang sudah semakin parah ini. Jika saya dan keluarga ingin mencoba menu-menu yang ada di restoran tersebut, saya akan memilih membelinya dengan menggunakan jasa aplikasi pengantar makanan saja. Karena dengan begitu kita tidak harus melihat konsep-konsep negatif yang mereka terapkan dalam melakukan pelayanan terhadap pelanggan mereka.

Seharusnya konsep mereka disesuaikan dengan budaya yang ada di sekitar di mana mereka akan membuka usahanya. Itu artinya mereka memegang prinsip di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Artinya, mereka akan menghormati dan tak akan mengusik bahkan menghilangkan budaya serta nilai-nilai positif yang sudah ada.

Seandainya boleh memberi saran, sebaiknya ijin untuk suatu tempat yang sifatnya berada dan melibatkan ruang publik lebih diperketat lagi. Kita juga harus melihat dampak baik dan buruknya terhadap orang di sekitar kita maupun generasi muda di negeri ini. Tidak hanya asal seru, berbeda, penuh sensasi dan memberikan keuntungan terhadap pihak pemberi izin.

Cukuplah mereka menjual keunggulan dari kualitas menu makanan yang mereka jual. Tidak harus dikombinasikan dengan sesuatu yang justru malah mengaburkan keunggulan yang bisa mereka tawarkan.

Latatu Nandemar

Anak baik yang tidak suka keramaian.