Menerka-nerka Ketua Umum PSSI yang Baru
![]() |
PSSI.org |
Penulis: Fauzan Ibn Hasby
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Federasi sepak bola milik Indonesia, yakni PSSI resmi membuka pendaftaran untuk bursa ketua umum baru periode 2023-2027. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan PSSI bahwa periodik yang akan dilewati oleh satu orang yang terpilih adalah selama 4 tahun. Dengan catatan dapat mencalonkan diri kembali pada kongres PSSI selanjutnya sebanyak 3 kali (periode).
Cangkeman.net - Federasi sepak bola milik Indonesia, yakni PSSI resmi membuka pendaftaran untuk bursa ketua umum baru periode 2023-2027. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan PSSI bahwa periodik yang akan dilewati oleh satu orang yang terpilih adalah selama 4 tahun. Dengan catatan dapat mencalonkan diri kembali pada kongres PSSI selanjutnya sebanyak 3 kali (periode).
Dikabarkan bahwa hingga saat ini telah terdaftar kurang lebih 5 orang bakal calon ketua, 17 bakal calon wakil ketua, dan 78 orang yang masuk sebagai bakal calon Anggota Komite Eksekutif (EXCO) untuk KLB (Kongres Luar Biasa) PSSI 2023
.
Melihat kabar tersebut, tentu perhatian para pecinta sepak bola tanah air akan sangat tertuju pada bakal calon ketua PSSI. Terdapat 5 orang yang masuk dan telah terdaftar sebagai calon ketua umum PSSI periode selanjutnya. Di antaranya adalah AA La Nyalla M. Matalitti, Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, Erick Thohir, dan Fary Djemy Francis.
Melihat kabar tersebut, tentu perhatian para pecinta sepak bola tanah air akan sangat tertuju pada bakal calon ketua PSSI. Terdapat 5 orang yang masuk dan telah terdaftar sebagai calon ketua umum PSSI periode selanjutnya. Di antaranya adalah AA La Nyalla M. Matalitti, Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, Erick Thohir, dan Fary Djemy Francis.
Kelima kandidat tersebut dikatakan masih merupakan bakal calon, karena menurut pihak PSSI, kelimanya belum diseleksi dalam segi administrasi pendaftarannya. Meski demikian, dari kelima kandidat tersebut pasti menciptakan perhatian lebih pada setiap pecinta sepak bola tanah air. Siapapun yang nantinya resmi terdaftar, para pecinta sepak bola, pandit, pihak klub di Indonesia, atau bahkan hanya sekadar seorang supporter bola pasti akan cukup menerka-nerka siapa kira-kira dari kelimanya yang dapat membawa PSSI semakin lebih baik sebagai federasi resmi yang menaungi persepakbolaan di Indonesia.
Sebab bukan tak mungkin, bahwa federasi yang baik dalam sebuah negara akan sangat menentukan kualitas Tim Nasionalnya, kualitas liga nasionalnya, serta kualitas pemain dan manajemen yang mengurusinya.
Jauh sejak didirikannnya federasi resmi ini, PSSI tercatat telah memiliki 19 ketua yang terus berganti-ganti. Dari kesemuanya, tak ada yang benar-benar memberikan prestasi melejit bagi Indonesia. Karena ukuran yang dipatok di tengah masyarakat awam (yang hanya sekadar menyukai sepak bola) adalah prestasi Internasional Tim Nasional kita.
Sebab praktis, hanya beberapa saat saja Indonesia pernah muncul di pentas dunia sebagai tim sepak bola. Selebihnya, kita hanya menjadi penonton dan sekedar partisipan biasa sebagai sebuah negara yang juga memiliki tim sepak bola.
Melihat hal itu, tak bisa terlalu naif juga bila memberikan harapan terlalu besar bagi siapa saja nanti yang memimpin PSSI sebagai ketua terpilih. Namun, jika memang patokannya ingin maju dan juga masuk sebagai jajaran tim nasional yang dikenal dunia, hal ini terlalu cepat dan besar. Perlu visi yang sama serta program yang juga berkelanjutan. Sebab dalam hal ini, periodik 4 tahun tersebut agaknya terlalu singkat bahkan untuk sekadar membenahi kesemrawutan yang terjadi dalam federasi. Apalagi untuk memajukannya.
Meski demikian, lagi-lagi bukan tak mungkin bahwa Tim Nasional kita serta federasi milik kita dapat lebih berkualitas ke depannya. Berbagai cara, berbagai program, berbagai visi, berbagai kompetisi, dan berbagai pendapat sudah begitu banyak keluar mencuat dengan dalih sebagai yang paling ampuh untuk memajukan federasi dan sepak bola itu sendiri. Maka membahas hal tersebut sudah terlalu basi.
Melihat momentum saat ini, sebagai pecinta sepak bola tanah air, hanya berharap dan menerka-nerka yang bisa dilakukan. Dalam hal ini, ketika telah hampir sampai kembali pada pemilihan ketua umum baru bagi PSSI, maka hanya membandingkan saja yang bisa dilakukan para pecinta sepak bola.
Dalam hal ini, artinya pembahasan ini akan menggiring pada referensi tambahan bahwa salah satu dari kelima calon mungkin bisa dikatakan lebih baik dari pada calon yang ada. Bila dilangsungkan secara to the point, praktis nampaknya hanya 2 kandidat saja yang kiranya bisa menjadi dambaan dalam pemilihan kali ini. Meski dambaan itu hanya sebatas dambaan, sebab regulasi pemilihan dan para pemilih lah yang menentukan.
Diantara sisanya, yakni 3 kandidat lain nampaknya ada yang masuk pada level tak diharapkan dan level biasa saja. Satu kandidat yang masuk pada level tak diharapkan menang adalah La Nyalla. Mengapa demikian? Sebab sudah jelas, dirinya pernah menjabat ketua PSSI periode 2015-2016. Pada saat itu, dirinya diberhentikan dan mundur sebelum masa jabatan selesai.
Kemundurannya bukan karena tanpa masalah, sebuah masalah besar justru yang membuntutinya saat itu. Pasalnya pada tahun pertamanya sebagai ketua umum PSSI kala itu, baru mencuat sebuah masalah kasus korupsi dana hibah Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2011-2014 juga menyeret dirinya pada kasus tersebut. Karena hingga kini pun, La Nyalla merupakan politisi juga sebagai pejabat pemerintahan.
Melihat hal tersebut saja, nampaknya tak ada satupun yang sudi melihat La Nyalla kembali memimpin federasi sepak bola kita yang hingga kini masih carut marut ini. Meski pada akhirnya lagi-lagi kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata di dalam lingkungan federasi kita masih banyak orang-orang yang mudah untuk sekadar dibeli suaranya. Sebab masuknya La Nyalla yang justru memiliki kasus bukannya prestasi itu, malah dapat kembali masuk pada bursa calon ketua umum PSSI periode selanjutnya adalah bukti.
Selanjutnya, 2 kandidat yang masuk pada level biasa saja pada perhatian publik nampaknya adalah Doni Setiabudi dan Fary Djemy Francis. Mengapa 2 kandidat ini dinilai biasa saja? Karena tak ada prestasi mentereng dari keduanya dalam urusan tracking international dalam dunia sepak bola. Kedua tokoh tersebut hanya merupakan dua tokoh yang hanya aktif dalam persepakbolaan di dalam negeri. Meski demikian, peluang keduanya dianggap sama dalam hal diberikan perhatian dan kepercayaan masyarakat pecinta sepak bola. Sebab paling tidak, tak ada track record buruk dari keduanya seperti La Nyalla.
Setelah kita tahu 3 kandidat tadi, maka 2 kandidat selanjutnya yang nampaknya bisa menjadi opsi baik bagi perspektif serta bagi kepercayaan besar masyarakat pecinta sepak bola tanah air. Pertama, kandidat yang masuk pada kandidat yang memiliki peluang besar sebab track record menterengnya adalah Arif Putra Wicaksono.
Seperti dilansir dalam beberapa sumber, Arif bukanlah orang baru dalam pemilihan bursa calon ketua umum PSSI. Pasalnya, dirinya juga pernah mencalonkan diri sebanyak dua kali pada periode 2015-2019 dan pada periode 2019-2023 lalu.
Tak hanya itu, dirinya juga merupakan pemimpin pada Nine Sport Inc, sebuah promotor event olahraga terkenal di Indonesia. Tangan dinginnya yang mulai masuk pada ranah sepak bola dimulai pada tahun 2007 lalu. Tepatnya saat Arif melakukan inisiasi sebuah kompetisi futsal Piala Rasuna saat itu.
Karir hebatnya di dunia sepak bola kemudian dilanjutkannya pada tahun 2013. Di mana pada tahun tersebut perusahaan yang ditungganginya, yakni Nine Sport berhasil membuat laga persahabatan antara Indonesia vs Belanda, berkat kerjasama yang mereka tawarkan pada PSSI. Setelah itu, Nine Sport juga sempat berhasil mendatangkan klub besar asal London, yakni Chelsea untuk datang ke Indonesia dan melakukan laga melawan Indonesian All-Star saat itu.
Selanjutnya perusahaannya itu juga berhasil membawa klub Pro Duta dan Mitra Kukar untuk sekadar berlaga di Eropa, serta di tahun yang sama, Nine Sport juga sukses membawa timnas U23 ke Italia dan Spanyol. Di tahun 2016, Nine Sport juga ikut membantu dalam memfasilitasi pemain muda berbakat Evan Dimas yang saat itu berangkat dan berlaga di Espanyol melalui program Players Development.
Dari perjalanan mulus serta kontribusi besar perusahaannya, Arif dianggap cukup mampu untuk juga dapat membawa PSSI lebih dikenal oleh dunia. Maka secara otomatis pula, berkat hubungan suksesnya yang telah dijalin dengan klub-klub di Eropa, nampaknya akan menjadi sebuah peluang yang cukup besar bagi federasi nantinya.
Kedua, sebagai kandidat yang paling memiliki peluang besar untuk mendapatkan kepercayaan serta harapan dan dukungan besar dari masyarakat pecinta sepak bola tanah air adalah Erick Thohir. Sebab pada kenyataannya, kita semua tahu bahwa Erick merupakan tokoh hebat yang tak hanya mampu berprestasi dalam bidang bisnis dan pemerintahan saja.
Sebab dapat dibayangkan, banyak ulasan di internet yang mengulas profil Erick mengatakan bahwa dirinya merupakan pebisnis handal yang mampu bersaing tanpa bantuan orang tuanya. Dalam hal ini, dirinya memang merupakan pengusaha ternama, Teddy Tohir pemilik Astra Grup. Semua ulasan itu mengatakan bahwa Erick tak sama sekali menggunakan hal itu menjadi sebuah privilege baginya. Merintis dan memulai bisnis dari nol juga dilakukan oleh Erick dalam dunia bisnis. Melihat hal tersebut, masyarakat pecinta sepak bola tanah air dapat menambah referensinya terkait calon ketua umum PSSI nanti. Bahwa mental Erick dalam membangun sesuatu merupakan modal besar yang dimilikinya. Ini berarti, mental pembangunan serta perintisan untuk kemudian menjadi lebih maju diharapkan juga dapat dilakukan Erick dalam dunia sepak bola tanah air.
Membahas karirnya di dunia bisnis sudah tak asing lagi. Maka membahas sepak terjangnya dalam dunia sepak bola dapat menjadi acuan. Dikatakan dari beberapa sumber, bahwa Erick merupakan pengusaha yang banyak berkecimpung dalam dunia sepak bola. Tak hanya sepak bola, dirinya juga sempat aktif dan membuat beberapa prestasi di bidang basket.
Tercatat selama karirnya di dunia olahraga, dirinya sempat menjadi Wakil Presiden Komite Olimpiade Indonesia. Hal itu terjadi di rentang tahun 2011-2015. Di tengah rentang tahun tersebut, tepatnya pada tahun 2012, Erick juga sempat menjadi perwakilan kontingen Indonesia dalam Olimpiade di London, Inggris. Pada helatan tersebut, dirinya menjadi Chef De Mission of Indonesia Contingent for the Olympic Games London 2012.
Setelah sukses menukangi posisi Wakil Presiden, baru di tahun 2015 dirinya berhasil menempati posisi Ketua Komite Olimpiade Indonesia. Kemudian, bila ditarik lagi pada segi kecintaannya dalam dunia olahraga, Erick telah membuktikannya sejak era 2000-an. Hal itu terjadi ketika dirinya melihat perlu adanya pembenahan dalam dunia basket tanah air. Maka pada tahun 2004, dirinya resmi terpilih menjadi ketua umum Persatuan Basket Nasional Indonesia (PERBASI). Periodenya di sana terjadi hingga tahun 2006.
Berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya, dirinya sempat terpilih menjadi central board member asosiasi federasi basket tingkat internasional (FIBA). Hal itu dilakukannya sebagai salah satu orang yang terpilih dari 26 anggota lainnya. Pada satu tahun selanjutnya, berkat perjalanannya di kancah basket internasional, Erick kemudian ditunjuk menjadi salah satu board member (anggota asosiasi basket internasional wilayah tingkat Asia). Tak hanya itu, pada tahun 2006-2019 ternyata Erick juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Basket se-Asia Tenggara (SEABA).
Perjalanannya di dunia basket juga jauh telah dilakukannya saat dirinya menjadi pelopor akan terciptanya Satria Muda sebuah klub basket papan atas saat ini di IBL (Indonesia Basket League). Bahkan lebih jauhnya, dirinya juga sempat mengakuisisi saham klub basket NBA, yakni Philadelphia 76ers. Hal itu dilakukannya sebagai satu-satunya orang Indonesia yang pernah memiliki saham sebuah klub basket di NBA.
Karena tengah membahas persepakbolaan maka beralih pada perjalanan menterengnya di dunia sepak bola. Banyak orang tahu bahwa Erick merupakan pemilik saham beberapa klub sepak bola di Eropa. Beberapa diantaranya sudah dilepas dan beberapa yang lain masih dimilikinya. Sebut saja D.C United di Major League Soccer, hingga Inter Milan di Serie A. Semuanya merupakan hasil hubungan baik serta kerja keras dari tangan dingin seorang Erick.
Bahkan karirnya di dunia olahraga juga menyampaikannya sukses menukangi sebuah event besar, yakni Asian Games 2018 di Indonesia yang sukses membuat banyak perhatian dunia. Tangan dingin Erick Thohir dalam dunia olahraga sebenarnya dapat dengan mudah menyihir perhatian kita semua untuk juga tak hanya bertepuk tangan padanya tapi juga meminta bantuan untuk segera membenahi federasi sepak bola tanah air.
Sebab paling tidak, jika PSSI ditukanginya nanti ada beberapa hal yang menjadi perkiraan sebagai suatu keuntungan yang akan didapat oleh federasi kita. Pertama, relasi internasional. Erick menunjukan kualitasnya sebagai tokoh yang sudah tak asing lagi di mata dunia. Sebagai pebisnis hebat dengan perjalanan karir independennya, dirinya berhasil menyihir banyak orang. Bahkan Jokowi hingga saat ini tak pernah absen untuk selalu melibatkan Erick dalam beberapa urusan negara, hingga membuatnya menjadi seorang menteri pula.
Tak hanya itu, hubungan internasionalnya yang dijalinnya berkat jalur bisnis melalui pembelian saham klub-klub olahraga ternama di Eropa membuatnya begitu mudah berinteraksi dengan pihak Eropa. Sebab bukan kebohongan, bahwa hingga saat ini Eropa masih menjadi kiblat beberapa olahraga dengan peminat terbanyak di dunia, apalagi dalam hal sepak bola. Bukti lain selain menjadi presiden Inter Milan, dirinya juga pernah berjasa untuk mendatangkan Essien dan Carton Cole ke Persib saat dirinya masih menjadi pemilik saham di klub tersebut. Bahkan baru-baru ini, saat kasus Kanjuruhan mencuat dan menjadi perhatian publik dunia. Saat federasi kita berada di ambang kerugian besar dari sangsi-sangsi yang akan dilayangkan FIFA, hanya Erick yang dapat membuat sangsi-sangsi tersebut tertahan dan dapat diminimalisir. Bahkan berkat nama besarnya dalam dunia sepak bola dunia, justru FIFA malah bersedia mengunjungi Indonesia dan bahkan mau untuk memberikan pengarahan pada federasi kita.
Kedua, hal yang setidaknya dapat menjadi keuntungan yang akan didapat oleh federasi kita jika dipimpin Erick adalah mental pembangunannya. Sebagai tokoh yang dikenal setelah memberikan perjalanan penuh prestasi, Erick mencuat tiba-tiba sebagai tokoh paling berpengaruh hari ini. Mental pembangunannya yang tak banyak omong itu dilakukannya tanpa melalui banyak sorotan publik.
Ketiga, keuntungan yang mungkin akan didapatkan oleh federasi dan sepak bola nantinya adalah sebuah kemajuan serta manajerial yang baik. Sebab, track recordnya dalam memimpin sebuah lembaga, memimpin sebuah event besar sudah tak diragukan lagi. Maka hal ini merupakan peluang bahwa kita memiiliki orangnya.
Meski demikian, bukan tak mungkin bahwa Erick juga pasti memiliki kelamahan dan keburukan. Sebab kita tak bisa terlalu naif untuk terlalu berharap pada Erick setelah berpuluh-puluh tahun melihat bahwa federasi sepak tanah air tak kunjung menemui kemajuan. Sebab bisa saja, Erick yang datang dari latar belakang pengusaha ini nantinya hanya akan mementingkan laba serta keuntungan dalam hal finansial saja. Akibatnya kualitas dari federasi, pemain, liga, serta sepak bola secara keseluruhan juga akan terhambat.
Satu hal lagi yang perlu dibahas adalah adanya fakta bahwa dalam satu dekade terakhir ini tak ada satupun ketum PSSI yang selesai masa jabatannya. Dimulai dari 12 tahun silam, sejak era Nurdin Halid hingga kini tak pernah ada satu pun ketua PSSI yang dapat menyelesaikan masa jabatannya. Semuanya dapat dikatakan terhenti berkat kasus yang menimpa mereka. Kasusnya pun beragam, namun cukup sama dalam segi kesalahannya. Korupsi.
Sebenarnya, Iwan Bule sebagai ketua PSSI yang akan segera lengser juga selesai menyelesaikan masa jabatannya. Namun di ujung kepemimpinannya, sebuah kasus besar yang menjadi aib sepak bola tanah air di mata dunia menjadi warna buruk di ujung periode kepimpinannya.
Melihat fakta tersebut, sejauh ini nampaknya Erick belum ditemukan sisi kesalahannya dalam segi terjerat kasus seperti itu. Alih-alih kontroversi, justru Erick banyak menciptakan prestasi di kancah dunia. Namun lagi-lagi, tulisan ini bukan tulisan yang hendak mendorong publik untuk mengelu-elukan Erick Thohir atau siapapun yang menjadi kandidat ketua umum PSSI di periode selanjutnya. Hanya yang jelas, kita semua perlu berharap yang terbaik dan melihat peluang yang ada. Sebab tak mungkin juga bila kita memaksakan ketua federasi sepak bola negara maju untuk dibayar sekedar memajukan sepak bola kita. Tak ada dalam sejarahnya mentransfer ketua umum federasi. Jadi kemungkinan serta terkaan pada calon-calon yang ada adalah satu-satunya hal yang dapat diamini oleh seluruh masyarakat pecinta sepak bola tanah air.

Posting Komentar