5 Rekomendasi Buku Karya Ahmad Tohari
Penulis: Malik Ibnu Zaman
Editor: Nurul Fatin Sazanah
Karya sastranya, baik itu novel maupun cerpen telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Jepang, China, Belanda, Jerman, dan Inggris. Ciri khas dari karya Ahmad Tohari adalah selalu mengangkat kehidupan rakyat kecil dengan seluk-beluk permasalahan yang terjadi, dan ia piawai dalam mengangkat kisah tersebut. Berikut 5 rekomendasi buku karya Ahmad Tohari yang wajib banget kalian baca:
1. Kubah
Rekomendasi pertama adalah novel yang berjudul Kubah. Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1980. Tokoh utama dalam novel ini bernama Karman, yang merupakan bekas tapol atau tahanan politik. Ia pernah menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Karman mengalami berbagai kejadian, baik sebelum dan selepas G 30 S/PKI.
Setelah 12 tahun menjadi tahanan di Pulau Buru, ia kembali ke masyarakat. Karman telah kehilangan banyak hal, istrinya telah menikah lagi, anaknya ada yang meninggal, dan sisanya ia tidak mengingatnya lagi. Di tengah keputusasaannya, ia menemukan harapan. Dirinya diminta oleh Pak Haji yang dulu pernah dimusuhinya untuk membangun sebuah kubah masjid di desa.
2. Senyum Karyamin
Rekomendasi kedua adalah buku kumpulan cerpen berjudul Senyum Karyamin yang terbit pertama kali pada tahun 1989. Buku ini terdiri dari 13 cerpen yang ditulis oleh Ahmad Tohari dalam kurun waktu antara tahun 1976 hingga 1986. Cerpen Ahmad Tohari dalam buku ini pernah dimuat di beberapa media massa.
Judul buku kumpulan cerpen ini diambil dari cerpen yang berjudul Senyum Karyamin. Cerpen tersebut menceritakan Karyamin, seorang penambang batu di kali (sungai). Seperti halnya ciri khas karya Ahmad Tohari, cerpen dalam buku ini menggambarkan kehidupan pedesaan dan orang-orang kecil di dalamnya. Penggambaran latar juga sangat terasa meskipun dengan bahasa yang sederhana, sehingga pembaca bisa mudah berimajinasi.
3. Mata yang Enak Dipandang
Rekomendasi selanjutnya karya Ahmad Tohari adalah buku kumpulan cerpen berjudul Mata yang Enak Dipandang yang terbit pada tahun 2013. Buku ini memuat 15 cerpen Ahmad Tohari yang tersebar di berbagai media massa. Judul yang digunakan untuk buku kumpulan cerpen ini diambil dari salah satu judul cerpen di dalamnya, yaitu Mata yang Enak Dipandang.
Dalam cerpen Mata yang Enak Dipandang ada dua tokoh, yaitu Mirta yang merupakan pengemis netra dan Tarsa yang bertugas menuntun Mirta. Tugas Tarsa mencari ‘mata-mata yang enak dipandang’, yaitu orang yang suka memberi, untuk kemudian menuntun Mirta ke orang tersebut. Tetapi Tarsa selalu memeras Mirta, kemudian Mirta ditinggalkan sendirian oleh Tarsa di bawah terik matahari karena tidak mau membelikan es limun.
4. Ronggeng Dukuh Paruk
Rekomendasi keempat karya Ahmad Tohari adalah novel yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Novel yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1982 ini merupakan buku pertama trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982). Sedangkan novel kedua berjudul Lintang Kemukus Dini Hari (1985), dan novel ketiga berjudul Jantera Bianglala (1986).
Pada tahun 2003 dan November 2011, trilogi ini disatukan menjadi satu buku dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk. Novel ini menceritakan kisah cinta antara Srintil yang merupakan seorang penari ronggeng, dan Rasus, seorang tentara yang merupakan teman kecil Srintil. Novel tersebut juga pernah diadaptasi menjadi film dengan judul Darah dan Mahkota Ronggeng (1983), dan Sang Penari (2011).
5. Di Kaki Bukit Cibalak
Rekomendasi kelima karya Ahmad Tohari adalah novel yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak. Novel ini menjadi salah satu pemenang dalam Sayembara Mengarang Roman yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1978. Tokoh utama dalam novel ini adalah Pambudi yang merupakan seorang pemuda Desa Tenggir. Nah, penggambaran alam dalam novel ini membuat kita bisa membayangkan suasana Desa Tenggir.
Desa Tenggir yang terletak di Kaki Bukit Cibalak mengalami pergolakan sosial dan politik. Pada tahun 1970-an, desa tersebut banyak mengalami perubahan dan semuanya berganti menjadi mesin. Kemudian terjadi konflik antara Pambudi dengan kepala desa yang culas. Lalu, Pambudi tersingkir ke Yogyakarta dan melakukan perlawanan melalui surat kabar.
Itulah 5 rekomendasi karya Ahmad Tohari yang wajib banget untuk dibaca. Kelima buku karangan Ahmad Tohari di atas sangat worth it, jadi, kalian nggak akan menyesal membacanya.

Posting Komentar