Kisah Harta Qarun dan Gaya Hidup Flexing
Penulis: Cak Noer D
Editor: Nurul Fatin Sazanah
Cangkeman.net - Baru-baru ini fenomena gaya hidup hedonis atau flexing menjadi viral lagi setelah dulu sempat juga menjadi pro dan kontra soal kasus investasi bodong. Sekarang, hal ini mencuat kembali ke permukaan yang menyorot nama anak pejabat, bahkan para pejabatnya itu sendiri.
Begitu besarnya pengaruh media sosial bisa membuat kita menjadi termotivasi dan terinspirasi sehingga sampai lupa dampak positif dan negatifnya. Tak terkecuali soal fenomena flexing tersebut, yang awalnya bisa tertawa bersenang-senang mengikuti tren, memamerkan kekayaan melalui postingan, namun akhirnya malah bisa menyeret kita ke dalam jeruji besi.
Sejarah mencatat orang-orang yang terlalu mengejar dunia terutama harta benda dan terlalu membanggakannya—yang mana akhir dari riwayat hidupnya tidak selalu berakhir baik. Hal ini dapat kita temui dalam kisahnya Qarun bin Yashar sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dalam tiga tempat, yaitu dalam surah Al-Qasas ayat 76-82, surah Al-'Ankabut ayat 39, dan surah Al-Mukmin ayat 24. Al-Quran menegaskan bahwa Qarun adalah umat Nabi Musa 'Alaihissalam. Bahkan, di dalam tafsir Ibnu Katsir yang mengutip banyak riwayat menyebutkan bahwa Qarun adalah anak dari paman Nabi Musa yang berarti ia adalah sepupu Nabi Musa. Dalam riwayat lain juga menyebutkan Qarun adalah pamannya Nabi Musa.
Allah mengaruniakan Qarun kenikmatan yang begitu besar berupa harta yang melimpah, bahkan tak terhingga. Al-Quran menggambarkannya dengan perumpamaan bahwa kunci-kunci penyimpanan gudang harta Qarun bila dipikul oleh 70 orang yang sangat kuat, mereka tidak akan kuat memikulnya.
Ada yang mengatakan kalau Qarun bekerja kepada Fir'aun. Ada juga riwayat lain yang mengatakan kalau ia mendapatkannya karena menggali harta yang tersimpan dari Nabi Yusuf. Ada juga yang mengatakan bahwa ia mendapatkannya karena meminta doa kepada Nabi Musa agar dibuat kaya, sehingga Allah pun mengabulkannya.
Qarun terlalu berlebihan dalam berbangga atas hartanya. Padahal, Prof. Quraish Shihab mengemukakan bahwa Tuhan tak melarang kita senang atas kepemilikan harta, tapi jangan berlebihan dalam berbangga atas harta kita, yang mana beliau menafsirkannya berdasarkan surah Al-Qasas ayat 76.
Selain itu, Qarun terlalu sombong dan menganggap harta kekayaan yang ia miliki karena ilmunya sendiri, padahal itu semua ia dapatkan berkat karunia Tuhan. Qarun juga terlalu fokus pada masalah dunia saja dan menjadi manusia yang lalai. Padahal, Allah menegaskan bahwa tak mengapa berorientasi pada dunia, toh, kita hidup di dunia, asal jangan lupa pada akhirat—sebab, sejatinya kita hidup untuk akhirat, sedangkan dunia hanya sementara.
Kikir atau pelit adalah sifat Qarun yang selanjutnya. Ia tidak membagikan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Bahkan, Qarun juga tak ragu dalam membuat kerusakan di muka bumi demi memperkaya dirinya sendiri. Ia menjadi tak peduli dengan temannya, tetangganya, bahkan keluarganya dan juga hal-hal penting lainnya lantaran terlalu sibuk bekerja.
Selain itu, Qarun adalah pribadi yang suka pamer, mempertontonkan kemewahan dan kemegahan harta yang ia miliki sehingga orang lain menjadi iri dan terjebak dalam kelalaian yang sama. Coba bayangkan, selain sombong ia juga mengajak orang lain untuk sombong.
Maka, bila di zaman sekarang yang serba mewah ini bisa mendapatkan harta dengan mudah serta bangga mempertontonkan kekayaan yang kita miliki adalah hal yang lumrah, tidakkah kita malu pada Qarun? Sudah berapa banyak harta yang kita miliki? Sudahkah melebihi hartanya Qarun atau minimal setara?
Bila dibanding Qarun, kita tidak ada apa-apanya. Bahkan, bila semua harta yang ada di dunia sekarang dikumpulkan, masih belum setara hartanya Qarun. Dan bila mempertontonkan kekayaan adalah sebuah perlombaan, maka kita tak akan bisa menang dari Qarun.
Kesombongan Qarun sungguh luar biasa sampai-sampai Allah mengazabnya. Riwayat hidupnya pun juga dikonotasikan negatif agar dijadikan contoh bagi kita, bahkan dari berabad-abad lamanya, dari generasi satu ke generasi seterusnya sampai kiamat. Bila fenomena flexing tujuannya agar kita dikenal orang banyak, jadi apakah kita juga mau seperti Qarun yang tak hanya dikenal sombong saat zaman Nabi Musa, tetapi ia juga dikenal sombong sampai alam semesta berakhir? Yang tentunya itu bukan dikenal dalam konteks yang baik.
Cak Noer D
Seorang pemuda yang menemukan jati dirinya sebab menulis, dalam proses penemuannya ia sempat membenci Tuhan, namun dengan menulis ia kembali menemukan Tuhannya. Baginya hidup adalah soal penemuan, sebab buat apa hidup jika tak ditemukan? Jadi temukanlah dirimu dan buat dunia menemukanmu lewat karya-karya indahmu.
Instagram, tiktok, twitter, facebook : dcaknoer

Posting Komentar