Sudah Saatnya Etika Numpang Hotspot Ditegakkan
![]() |
Rodnae Production on Pexels |
Penulis: Budi Prathama
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Pernah nggak sih sobat sekalian merasa kesal kalau ada teman yang sangat doyan numpang hotspot? Bukan cuman teman, tapi orang-orang yang ada di sekeliling kita. Perkara numpang hotspot ini bukanlah hal yang salah dan dilarang, tapi penting juga diingat kalau numpang hotspot itu gak boleh kelewatan, harus ada etika yang harus disepakati demi kebaikan bersama.
Tentu gak asing di sekeliling kita pasti ada saja yang sering minta hotspot, bahkan ada yang selalu langganan, kek beli paket di MyTelkomsel gitu, hehehe. Satu dua kali gak masalah, tapi kalau sampai gak sadar-sadar sudah berapa jam digunakan, apalagi kalau gak sadar kalau nonton youtube ataupun tiktok, dan aplikasi sejenisnya. Lantas apakah masih bisa dikategorikan bukan masalah? Kek numpang Wi-fi umum gitu tingkahnya, gak ada batas untuk berinternet.
Sekali melakukan hal sepert ini mungkin gak masalah, tapi kalau sudah sampai berkali-kali tentu akan menjadi perkara, bisa saja hubungan pertemanan malah berantakan. Bukannya pelit untuk gak membagikan hotspot, tetapi yang numpang hotspot mesti juga tahu diri dong, itu paket internet yang digunakan gak langsung datang secara tiba-tiba, lho, cara mendapatkannya bisa panjang dan rumit. Kecuali kalau masyarakat kelas sultan gak masalah, justru bisa dipertanyakan jati dirinya sebagai sultan kalau mereka pelit bagi hotspot, tetapi kalau kita masyarakat yang serba pas-pasan, tentu kita juga bisa saja ngos-ngosan agar paket internet kita bisa ada.
Bukannya saya meminta untuk jangan berbagi kalau kita sebagai masyarakat pas-pasan, justru berbagi itu dianjurkan meskipun dalam kondisi kekurangan, tetapi soal bagi hotspot ini gak boleh juga amburadul dong. Artinya yang memberi dan numpang hotspot harus bisa saling memahami.
Mungkin masalah ini dianggap biasa saja, dan bahkan disepelekan begitu saja. Sudah menjadi suatu budaya yang makin hari banyak pengikutnya.
“Numpang hotspot doang, kok kikir amat.”
“Hotspot kok itung-itungan.”
“Coba minta dulu hotspotnya sedikit saja dan gak lama.”
Alasan yang ketiga ini paling membludak. Awalnya mungkin gak masalah, tetapi gak sedikit juga justru gak sadar kalau sudah lama menggunakannya, sampai-sampai buka youtube secara tak tahu diri kalau sebenarnya lagi numpang hoptspot. Katanya gak lama, tapi...?
Iya mau gimana lagi, langsung matikan hotspot gak enak, disindir gak sadar-sadar juga, diajak cerita dan bercanda ehh sudah enakan nonton sambil rebahan. Resikonya memang gak ada pilihan kecuali kalau habis ya beli lagi, habis beli lagi.
Bukannya saya menuduh semua orang yang numpang hotspot akan melakukan seperti ini, perkara ini memang diperuntukan bagi yang merasa saja. Tapi gak menutup kemungkinan juga bisa saja ada orang yang lebih parah merasakan terkuras hoptspotnya ketika ada yang numpang. Intinya memang lagi-lagi perlu ada kesepahaman.
Untuk itu, saatnya memang kita harus menegakkan etika soal numpang hotspot ini. Meski gak secara tertulis dan gak dimuat dalam lembaran-lembaran buku, tapi entah bagaimana pun caranya, etika numpang hotspot itu mesti harus ada yang bisa dipedomani. Ini bukan persoalan kikir dan gak mau berbagi, tetapi kadang kala kalau sudah berbagi, malah yang menerima gak tahu diri juga. Makanya penting ada kesepahaman bersama.
Meski dianggap kecil dan sepele, tetapi bisa saja menjadi masalah besar kalau terus dirawat. Saatnya kita harus berani merombak budaya yang gak baik dan budaya yang merugikan salah satu pihak, meski gak bisa secara revolusioner, tetapi setidaknya harus bisa secara perlahan dan bisa memulainya dari diri sendiri dulu. Okey.
Cangkeman.net - Pernah nggak sih sobat sekalian merasa kesal kalau ada teman yang sangat doyan numpang hotspot? Bukan cuman teman, tapi orang-orang yang ada di sekeliling kita. Perkara numpang hotspot ini bukanlah hal yang salah dan dilarang, tapi penting juga diingat kalau numpang hotspot itu gak boleh kelewatan, harus ada etika yang harus disepakati demi kebaikan bersama.
Tentu gak asing di sekeliling kita pasti ada saja yang sering minta hotspot, bahkan ada yang selalu langganan, kek beli paket di MyTelkomsel gitu, hehehe. Satu dua kali gak masalah, tapi kalau sampai gak sadar-sadar sudah berapa jam digunakan, apalagi kalau gak sadar kalau nonton youtube ataupun tiktok, dan aplikasi sejenisnya. Lantas apakah masih bisa dikategorikan bukan masalah? Kek numpang Wi-fi umum gitu tingkahnya, gak ada batas untuk berinternet.
Sekali melakukan hal sepert ini mungkin gak masalah, tapi kalau sudah sampai berkali-kali tentu akan menjadi perkara, bisa saja hubungan pertemanan malah berantakan. Bukannya pelit untuk gak membagikan hotspot, tetapi yang numpang hotspot mesti juga tahu diri dong, itu paket internet yang digunakan gak langsung datang secara tiba-tiba, lho, cara mendapatkannya bisa panjang dan rumit. Kecuali kalau masyarakat kelas sultan gak masalah, justru bisa dipertanyakan jati dirinya sebagai sultan kalau mereka pelit bagi hotspot, tetapi kalau kita masyarakat yang serba pas-pasan, tentu kita juga bisa saja ngos-ngosan agar paket internet kita bisa ada.
Bukannya saya meminta untuk jangan berbagi kalau kita sebagai masyarakat pas-pasan, justru berbagi itu dianjurkan meskipun dalam kondisi kekurangan, tetapi soal bagi hotspot ini gak boleh juga amburadul dong. Artinya yang memberi dan numpang hotspot harus bisa saling memahami.
Mungkin masalah ini dianggap biasa saja, dan bahkan disepelekan begitu saja. Sudah menjadi suatu budaya yang makin hari banyak pengikutnya.
“Numpang hotspot doang, kok kikir amat.”
“Hotspot kok itung-itungan.”
“Coba minta dulu hotspotnya sedikit saja dan gak lama.”
Alasan yang ketiga ini paling membludak. Awalnya mungkin gak masalah, tetapi gak sedikit juga justru gak sadar kalau sudah lama menggunakannya, sampai-sampai buka youtube secara tak tahu diri kalau sebenarnya lagi numpang hoptspot. Katanya gak lama, tapi...?
Iya mau gimana lagi, langsung matikan hotspot gak enak, disindir gak sadar-sadar juga, diajak cerita dan bercanda ehh sudah enakan nonton sambil rebahan. Resikonya memang gak ada pilihan kecuali kalau habis ya beli lagi, habis beli lagi.
Bukannya saya menuduh semua orang yang numpang hotspot akan melakukan seperti ini, perkara ini memang diperuntukan bagi yang merasa saja. Tapi gak menutup kemungkinan juga bisa saja ada orang yang lebih parah merasakan terkuras hoptspotnya ketika ada yang numpang. Intinya memang lagi-lagi perlu ada kesepahaman.
Untuk itu, saatnya memang kita harus menegakkan etika soal numpang hotspot ini. Meski gak secara tertulis dan gak dimuat dalam lembaran-lembaran buku, tapi entah bagaimana pun caranya, etika numpang hotspot itu mesti harus ada yang bisa dipedomani. Ini bukan persoalan kikir dan gak mau berbagi, tetapi kadang kala kalau sudah berbagi, malah yang menerima gak tahu diri juga. Makanya penting ada kesepahaman bersama.
Meski dianggap kecil dan sepele, tetapi bisa saja menjadi masalah besar kalau terus dirawat. Saatnya kita harus berani merombak budaya yang gak baik dan budaya yang merugikan salah satu pihak, meski gak bisa secara revolusioner, tetapi setidaknya harus bisa secara perlahan dan bisa memulainya dari diri sendiri dulu. Okey.

Posting Komentar