Nawasena by Dapur Nau: Oleh-oleh dari Mojokerto yang Perlu Dikawal Sampai Viral
![]() |
Dapur Nau |
Penulis: Afiqul Adib
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Bagi sebagian orang, menicipi makanan atau membawa oleh-oleh khas suatu daerah adalah hal yang wajib dilakukan ketika mengunjungi tempat tersebut. Saya adalah salah satu di antara orang tersebut.
Pun demikian halnya ketika di Mojokerto. Beberapa kali saya mengunjunginya. Beberapa kali juga saya bertanya pada teman seputar makanan khas atau oleh-oleh yang pas. Jawaban teman saya hanya berputar dengan Onde-onde, Wader, bahkan Candi. Lah, kenapa malah Candi? Sebab, itu lebih khas dari apapun di Mojokerto. Iya, tidak ada variasi lain memang.
Nah, kemarin saya mendapat oleh-oleh dari calon Mbak ipar saya. Ada dua bungkusan. Keduanya sama-sama produk dari Nawasena. Hal yang menarik bagi saya adalah adanya tulisan, “oleh-oleh Mojokerto” pada salah satu bungkusannya.
Tanpa fafifu, langsung saya buka. Ternyata isinya adalah Bolen. Dan, hal yang lebih membuat saya kaget adalah rasanya begitu paripurna.
Saya mengatakan paripurna bukan sembarang, lho. Sebab saya pernah mencoba varian Bolen serupa tapi tidak seenak ini. Serius, enak lho weee.
Bagian luar dari Bolen ini lembut dan berlapis. Sementara bagian dalamnya terdiri beberapa varian sesuai pilihan. Ada coklat, keju, nanas, tape, ketan hitam, ayam, dan banmilk. Kebetulan yang saya coba adalah coklat dan keju.
Dan jujur saja, tingkat kemanisannya cukup pas. Tidak terlalu berlebihan. Dan variannya tidak terlalu mendominasi rasa dari bolennya sendiri. Sehingga kalau kita langsung makan dengan jumlah banyak, tidak bikin eneg.
Di bungkusan kedua, sekilas saya juga tidak menemukan keterangan nama dari produk ini. Ketika saya buka, bentuknya mirip Banana Cake. Tapi rasanya Tape. Karena penasaran, saya coba bolak-balik bungkusnya, di bagian samping ternyata ada keterangan beberapa varian, dan tercentang Prol Tape. Hmmm cukup susah juga dikenali, ya!
Oh, iya, awalnya setelah makan bolen yang enak tadi, saya menduga varian kedua ini akan terasa biasa saja. Namun saya salah. Prol Tape lebih enak dari tadi. Iya, kue basah ini terasa cukup lembut. Sensasi tapenya juga tebel, meski tidak berlebihan juga.
Setelah mencoba kedua kue basah ini, saya jadi penasaran dengan Nawasena. Iya, produsen kedua kue enak ini. Saya coba browsing di Google. Tapi tidak banyak muncul informasi. Di Youtube juga demikian. Dari sana, saya menduga Nawasena ini masih brand baru.
Dan karena masih penasaran, saya coba cari di Instagram toko ini. Langsung saya dm untuk tanya-tanya. Dan benar saja, brand satu ini memang masih tergolong baru. Dulu, brand ini dinamai Dapur Nau. Kemudian berganti nama menjadi Nawasena. Mungkin itu sebabnya “by Dapur Nau” tetap dilekatkan dalam nama toko roti ini agar pelanggan lama masih bisa mengenalinya. Mungkin lho.
Sebenarnya selain Bolen dan Prol Tape, ada juga Banana Cake, Brownis, Onde-onde, dan kue basah lainnya. Iya, mereka ini toko roti yang satu genre dengan Lily, Laxmi, New York, dan brand toko kue lainnya.
Nawasena memang masih baru. Lokal pride banget. Cuma rasanya beneran enak. Kalau boleh membandingkan, untuk rasa, mereka ini satu tingkat di atas Malang Strudel.
Oh, iya, satu hal yang bikin gemes dari Nawasena adalah masalah packaging. Terkesan simple banget. Bukan pengemasannya tapi lebih ke tulisan di kemasan.
Packaging pada produk Bolen misalnya, di bagian samping ada check list untuk rasa coklat, keju, dll. Tapi di bagian atas tidak ada tulisan Bolen sama sekali. Iya, sama sekali, cuy! Hanya ada tulisan Nawasena, oleh-oleh Mojokerto, premium taste, dan sertifikat halal. Gitu doang. Padahal bagian paling esensial adalah nama produk, tapi malah tidak dicantumkan.
Untuk yang Prol Tape malah lebih terkesan “polos”. Sebab, selain nama produk tidak ada, tulisan “oleh-oleh Mojokerto” juga tidak dimasukkan. Keterangan varian hanya ada di bagian samping kemasan. Sehingga agak susah mengenalinya.
Kalau boleh memberi saran, akan lebih baik jika dibuat kemasan yang berbeda tiap variannya, jadi lebih mudah dibedakan hanya dari packaging saja. Sehingga, packaging Prol Tape berbeda dengan Brownis. Atau paling tidak di bagian atas tertulis nama produknya.
Tapi, saya mafhum, sih. Sebab masih tergolong brand baru. Dan untuk masalah rasa, saya tidak ada komentar. Soalnya enak bangettt.
Ketika Mojokerto tidak punya oleh-oleh yang pas, Nawasena muncul sebagai solusi. Kehadirannya di Mojokerto memang bagai oase di padang tandus.
Dan harapan saya, mereka bisa menjelma menjadi oleh-oleh khas di Mojokerto yang cukup dikenal banyak orang. Sebagaimana oleh-oleh khas di beberapa kota seperti, Bakpia Kukus Tugu Jogja, Lapis Malang, Malang Strudel, atau bahkan Roti Gembong Gedhe.
Yah, bagi kamu yang sedang mengunjungi Mojokerto, cobalah Nawasema. Biar oleh-oleh kamu nggak cuma Onde-onde atau Iwak Wader saja.
Cangkeman.net - Bagi sebagian orang, menicipi makanan atau membawa oleh-oleh khas suatu daerah adalah hal yang wajib dilakukan ketika mengunjungi tempat tersebut. Saya adalah salah satu di antara orang tersebut.
Pun demikian halnya ketika di Mojokerto. Beberapa kali saya mengunjunginya. Beberapa kali juga saya bertanya pada teman seputar makanan khas atau oleh-oleh yang pas. Jawaban teman saya hanya berputar dengan Onde-onde, Wader, bahkan Candi. Lah, kenapa malah Candi? Sebab, itu lebih khas dari apapun di Mojokerto. Iya, tidak ada variasi lain memang.
Nah, kemarin saya mendapat oleh-oleh dari calon Mbak ipar saya. Ada dua bungkusan. Keduanya sama-sama produk dari Nawasena. Hal yang menarik bagi saya adalah adanya tulisan, “oleh-oleh Mojokerto” pada salah satu bungkusannya.
Tanpa fafifu, langsung saya buka. Ternyata isinya adalah Bolen. Dan, hal yang lebih membuat saya kaget adalah rasanya begitu paripurna.
Saya mengatakan paripurna bukan sembarang, lho. Sebab saya pernah mencoba varian Bolen serupa tapi tidak seenak ini. Serius, enak lho weee.
Bagian luar dari Bolen ini lembut dan berlapis. Sementara bagian dalamnya terdiri beberapa varian sesuai pilihan. Ada coklat, keju, nanas, tape, ketan hitam, ayam, dan banmilk. Kebetulan yang saya coba adalah coklat dan keju.
Dan jujur saja, tingkat kemanisannya cukup pas. Tidak terlalu berlebihan. Dan variannya tidak terlalu mendominasi rasa dari bolennya sendiri. Sehingga kalau kita langsung makan dengan jumlah banyak, tidak bikin eneg.
Di bungkusan kedua, sekilas saya juga tidak menemukan keterangan nama dari produk ini. Ketika saya buka, bentuknya mirip Banana Cake. Tapi rasanya Tape. Karena penasaran, saya coba bolak-balik bungkusnya, di bagian samping ternyata ada keterangan beberapa varian, dan tercentang Prol Tape. Hmmm cukup susah juga dikenali, ya!
Oh, iya, awalnya setelah makan bolen yang enak tadi, saya menduga varian kedua ini akan terasa biasa saja. Namun saya salah. Prol Tape lebih enak dari tadi. Iya, kue basah ini terasa cukup lembut. Sensasi tapenya juga tebel, meski tidak berlebihan juga.
Setelah mencoba kedua kue basah ini, saya jadi penasaran dengan Nawasena. Iya, produsen kedua kue enak ini. Saya coba browsing di Google. Tapi tidak banyak muncul informasi. Di Youtube juga demikian. Dari sana, saya menduga Nawasena ini masih brand baru.
Dan karena masih penasaran, saya coba cari di Instagram toko ini. Langsung saya dm untuk tanya-tanya. Dan benar saja, brand satu ini memang masih tergolong baru. Dulu, brand ini dinamai Dapur Nau. Kemudian berganti nama menjadi Nawasena. Mungkin itu sebabnya “by Dapur Nau” tetap dilekatkan dalam nama toko roti ini agar pelanggan lama masih bisa mengenalinya. Mungkin lho.
Sebenarnya selain Bolen dan Prol Tape, ada juga Banana Cake, Brownis, Onde-onde, dan kue basah lainnya. Iya, mereka ini toko roti yang satu genre dengan Lily, Laxmi, New York, dan brand toko kue lainnya.
Nawasena memang masih baru. Lokal pride banget. Cuma rasanya beneran enak. Kalau boleh membandingkan, untuk rasa, mereka ini satu tingkat di atas Malang Strudel.
Oh, iya, satu hal yang bikin gemes dari Nawasena adalah masalah packaging. Terkesan simple banget. Bukan pengemasannya tapi lebih ke tulisan di kemasan.
Packaging pada produk Bolen misalnya, di bagian samping ada check list untuk rasa coklat, keju, dll. Tapi di bagian atas tidak ada tulisan Bolen sama sekali. Iya, sama sekali, cuy! Hanya ada tulisan Nawasena, oleh-oleh Mojokerto, premium taste, dan sertifikat halal. Gitu doang. Padahal bagian paling esensial adalah nama produk, tapi malah tidak dicantumkan.
Untuk yang Prol Tape malah lebih terkesan “polos”. Sebab, selain nama produk tidak ada, tulisan “oleh-oleh Mojokerto” juga tidak dimasukkan. Keterangan varian hanya ada di bagian samping kemasan. Sehingga agak susah mengenalinya.
Kalau boleh memberi saran, akan lebih baik jika dibuat kemasan yang berbeda tiap variannya, jadi lebih mudah dibedakan hanya dari packaging saja. Sehingga, packaging Prol Tape berbeda dengan Brownis. Atau paling tidak di bagian atas tertulis nama produknya.
Tapi, saya mafhum, sih. Sebab masih tergolong brand baru. Dan untuk masalah rasa, saya tidak ada komentar. Soalnya enak bangettt.
***
Ketika Mojokerto tidak punya oleh-oleh yang pas, Nawasena muncul sebagai solusi. Kehadirannya di Mojokerto memang bagai oase di padang tandus.
Dan harapan saya, mereka bisa menjelma menjadi oleh-oleh khas di Mojokerto yang cukup dikenal banyak orang. Sebagaimana oleh-oleh khas di beberapa kota seperti, Bakpia Kukus Tugu Jogja, Lapis Malang, Malang Strudel, atau bahkan Roti Gembong Gedhe.
Yah, bagi kamu yang sedang mengunjungi Mojokerto, cobalah Nawasema. Biar oleh-oleh kamu nggak cuma Onde-onde atau Iwak Wader saja.

Posting Komentar