Kenapa Kita Perlu Pacaran?
![]() |
Ba Tik on Pexels |
Penulis: Afiqul Adib
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Pengalaman adalah kunci dalam segala hal. Tidak terkecuali dalam berhubungan dengan lawan jenis. Berhubungan dengan lawan jenis sangat memerlukan pengalaman yang matang agar sebuah hubungan bisa berjalan dengan damai dan terhindar dari toxic relationship.
Oh, iya, fyi aja, salah satu sisi positif dari pacaran adalah meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang dalam menahan dan mengendalikan emosi yang dialami dengan bersikap optimis, memotivasi diri, dan berhubungan baik dengan orang lain.
Seseorang yang sudah pernah pacaran (dengan benar) ia juga akan lebih paham bagaimana caranya mencintai dan membuat orang yang dicintainya ikut jatuh cinta dengan bahagia. Iya, kalau sekadar ngomong sayang aja, bocah yang baru disunat juga bisa~
Disclaimer, yang saya maksud sebagai pacaran dengan benar adalah yag bertujuan untuk saling mengenal, bukan yang staycation dan berujung “kecelakaan”. Iya, pacaran yang benar itu bukan yang cuma melampiaskan nafsu saja, meskipun alibinya kadang manggil abi-umi, kadang juga ngingetin sholat, zakat, puasa, sampai haji. Namun, kembali lagi, jika tujuannya adalah syahwat, ya artinya bukan cara berpacaran yang baik.
Orang yang pernah pacaran pasti mengalami masa di mana ia harus berjuang mencari topik pembahasan agar tidak garing. Ia juga pasti pernah berjuang mengumpulkan uang jajan demi memberikan hadiah ulang tahun pacarnya. Orang yang pernah pacaran kebanyakan memiliki pemahaman tentang bagaimana cara memperlakukan lawan jenis dengan nyaman.
Paling tidak, ia paham bahwa sebuah hubungan pasti ada permasalahan. Dan ketika itu terjadi, ia paham yang diselesaikan adalah masalahnya, bukan hubungannya.
Mencintai dan cara mencintai adalah dua hal yang berbeda. keduanya sama pentingnya. Jika ia hanya mencintaimu, namun tidak tahu bagaimana caranya mencintai, maka bersiaplah menjalin hubungan yang beracun atau toxic relationship.
Coba bayangkan, jika Anda bakal sehidup-semati dengan orang yang toxic. Tentunya banyak hal yang tidak menyenangkan dalam kisah perjalanan asmara anda. Misalnya, dikekang, tidak boleh ini-itu, tidak bisa melakukan aktivitas ini-itu, bahkan bisa saja anda menjadi korban eksploitasi pasangan atas dasar ‘kasih sayang’.
Mencari pasangan yang menyenangkan pun juga sangat penting. Karena pasangan yang kita nikahi akan hidup dengan kita sampai meninggalkan dunia. Nah, ketika hidup bersama, kita akan menjalani fase hidup yang banyak rasa. Mulai dari susah, seneng, bahagia, duka, hambar, dan sebagainya.
Kita juga akan menjalani hari bersama dari muda sampai tua. Iya, sih, kalau masih muda, kita bisa menikmati masa berdua dengan jalan-jalan ke gunung, pantai, naik bianglala, atau keliling kota.
Namun, tentunya akan berbeda saat sudah di usia senja. Saat hanya bisa duduk berdua di satu meja yang sama, dan ditemani dengan teh celup yang tak boleh ada gula setetes pun. Dalam kondisi seperti itu, yang bisa dilakukan hanyalah berbincang-bincang dari bangun tidur sampai menjelang tidur.
Nah, jika pasangan kita tidak menyenangkan, khususnya dalam hal ngobrol, maka bisa saja sebelum usia senja, kita udah mati duluan karena bosan tiap hari nggak ada hal yang menarik untuk dilakukan.
Menjadi orang yang menyenangkan dalam hubungan itu butuh pengalaman. Tidak selalu orang yang menyenangkan ketika bersama teman-temannya juga menyenangkan ketika bersama pasangannya.
Banyak kasus yang seperti itu. Ini disebabkan karena kosa kata posesif, cemburu, hak saling larang, hanya ada ketika berhubungan, bukan pertemanan. Orang yang menyenangkan di tongkrongan, bisa saja sangat posesif ketika berhubungan, dan itu wajar.
Sekali lagi, mencari pasangan yang mencintaimu memang penting, tapi mencari pasangan yang paham bagaimana cara mencintai yang benar juga tak kalah penting.
Saya beri gambaran, ketika ada anak kecil yang dibelikan ayam warna-warni. Dia akan sangat suka bahkan cinta pada ayam warna-warni tersebut. Saking sukanya, ayam yang ia miliki bisa saja dipeluk dengan sangat erat. Saking eratnya sampai ayamnya mati.
Nah, apakah anak tersebut tidak mencintai ayamnya? Tentu tidak, ia sangat menyukai ayamnya, hanya saja ia tidak paham bagaimana cara menunjukkan cintanya dengan benar.
Berbeda dengan orang dewasa yang sudah berpengalaman, ketika mendapatkan hewan peliharaan, maka yang ia lakukan adalah merawatnya dengan semestinya. Ia akan memberikan makan, minum, memberikan ruang gerak yang banyak, serta meminimalisir kegiatan yang merugikan peliharaannya tersebut.
Yaps, cara mencintai itu berbanding lurus dengan pemahaman serta pengalaman kita. Karena itu, paling tidak, cobalah berpacaran, meski hanya sekali.
Cangkeman.net - Pengalaman adalah kunci dalam segala hal. Tidak terkecuali dalam berhubungan dengan lawan jenis. Berhubungan dengan lawan jenis sangat memerlukan pengalaman yang matang agar sebuah hubungan bisa berjalan dengan damai dan terhindar dari toxic relationship.
Oh, iya, fyi aja, salah satu sisi positif dari pacaran adalah meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang dalam menahan dan mengendalikan emosi yang dialami dengan bersikap optimis, memotivasi diri, dan berhubungan baik dengan orang lain.
Seseorang yang sudah pernah pacaran (dengan benar) ia juga akan lebih paham bagaimana caranya mencintai dan membuat orang yang dicintainya ikut jatuh cinta dengan bahagia. Iya, kalau sekadar ngomong sayang aja, bocah yang baru disunat juga bisa~
Disclaimer, yang saya maksud sebagai pacaran dengan benar adalah yag bertujuan untuk saling mengenal, bukan yang staycation dan berujung “kecelakaan”. Iya, pacaran yang benar itu bukan yang cuma melampiaskan nafsu saja, meskipun alibinya kadang manggil abi-umi, kadang juga ngingetin sholat, zakat, puasa, sampai haji. Namun, kembali lagi, jika tujuannya adalah syahwat, ya artinya bukan cara berpacaran yang baik.
Orang yang pernah pacaran pasti mengalami masa di mana ia harus berjuang mencari topik pembahasan agar tidak garing. Ia juga pasti pernah berjuang mengumpulkan uang jajan demi memberikan hadiah ulang tahun pacarnya. Orang yang pernah pacaran kebanyakan memiliki pemahaman tentang bagaimana cara memperlakukan lawan jenis dengan nyaman.
Paling tidak, ia paham bahwa sebuah hubungan pasti ada permasalahan. Dan ketika itu terjadi, ia paham yang diselesaikan adalah masalahnya, bukan hubungannya.
Mencintai dan cara mencintai adalah dua hal yang berbeda. keduanya sama pentingnya. Jika ia hanya mencintaimu, namun tidak tahu bagaimana caranya mencintai, maka bersiaplah menjalin hubungan yang beracun atau toxic relationship.
Coba bayangkan, jika Anda bakal sehidup-semati dengan orang yang toxic. Tentunya banyak hal yang tidak menyenangkan dalam kisah perjalanan asmara anda. Misalnya, dikekang, tidak boleh ini-itu, tidak bisa melakukan aktivitas ini-itu, bahkan bisa saja anda menjadi korban eksploitasi pasangan atas dasar ‘kasih sayang’.
Mencari pasangan yang menyenangkan pun juga sangat penting. Karena pasangan yang kita nikahi akan hidup dengan kita sampai meninggalkan dunia. Nah, ketika hidup bersama, kita akan menjalani fase hidup yang banyak rasa. Mulai dari susah, seneng, bahagia, duka, hambar, dan sebagainya.
Kita juga akan menjalani hari bersama dari muda sampai tua. Iya, sih, kalau masih muda, kita bisa menikmati masa berdua dengan jalan-jalan ke gunung, pantai, naik bianglala, atau keliling kota.
Namun, tentunya akan berbeda saat sudah di usia senja. Saat hanya bisa duduk berdua di satu meja yang sama, dan ditemani dengan teh celup yang tak boleh ada gula setetes pun. Dalam kondisi seperti itu, yang bisa dilakukan hanyalah berbincang-bincang dari bangun tidur sampai menjelang tidur.
Nah, jika pasangan kita tidak menyenangkan, khususnya dalam hal ngobrol, maka bisa saja sebelum usia senja, kita udah mati duluan karena bosan tiap hari nggak ada hal yang menarik untuk dilakukan.
Menjadi orang yang menyenangkan dalam hubungan itu butuh pengalaman. Tidak selalu orang yang menyenangkan ketika bersama teman-temannya juga menyenangkan ketika bersama pasangannya.
Banyak kasus yang seperti itu. Ini disebabkan karena kosa kata posesif, cemburu, hak saling larang, hanya ada ketika berhubungan, bukan pertemanan. Orang yang menyenangkan di tongkrongan, bisa saja sangat posesif ketika berhubungan, dan itu wajar.
Sekali lagi, mencari pasangan yang mencintaimu memang penting, tapi mencari pasangan yang paham bagaimana cara mencintai yang benar juga tak kalah penting.
Saya beri gambaran, ketika ada anak kecil yang dibelikan ayam warna-warni. Dia akan sangat suka bahkan cinta pada ayam warna-warni tersebut. Saking sukanya, ayam yang ia miliki bisa saja dipeluk dengan sangat erat. Saking eratnya sampai ayamnya mati.
Nah, apakah anak tersebut tidak mencintai ayamnya? Tentu tidak, ia sangat menyukai ayamnya, hanya saja ia tidak paham bagaimana cara menunjukkan cintanya dengan benar.
Berbeda dengan orang dewasa yang sudah berpengalaman, ketika mendapatkan hewan peliharaan, maka yang ia lakukan adalah merawatnya dengan semestinya. Ia akan memberikan makan, minum, memberikan ruang gerak yang banyak, serta meminimalisir kegiatan yang merugikan peliharaannya tersebut.
Yaps, cara mencintai itu berbanding lurus dengan pemahaman serta pengalaman kita. Karena itu, paling tidak, cobalah berpacaran, meski hanya sekali.

Posting Komentar