Memangnya Kenapa Kalau FIFA Match Day Melawan Argentina Demi Komersialisasi?

Okezone

Penulis:        Fauzan Ibn Hasby
Editor:          Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Laga FIFA Matchday antara Indonesia vs Argentina akan segera dihelat pada 19 Juni 2023. Pertandingan yang nantinya akan berpengaruh pada catatan poin di peringkat FIFA ini dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Tim berjuluk La Albiceleste juga sebelumnya telah melakoni dua laga FIFA matchday dengan dua tim di Asia lainnya. Antara lain adalah Timnas China dan Timnas Australia.

Helatan pertandingan FIFA matchday tak hanya bertujuan untuk menambah poin dalam ranking FIFA. Lebih dari itu, beberapa hal lain menjadi upaya yang dituju dari sebuah pertandingan FIFA matchday.

Beberapa di antaranya seperti memperdalam kedalaman skuad, mencoba pakem taktik dan strategi, memberikan jam terbang bagi tim, membuka pengalaman baru bagi tim, bahkan FIFA matchday dapat menjadi upaya memperkuat hubungan bilateral yang baik antar negara yang bermain.

Dalam hal ini, Timnas Indonesia sendiri selama dalam fase keterpurukannya di ranking FIFA cukup sering melakukan laga-laga melawan tim-tim besar dari Eropa, bahkan jauh sejak era Hindia Belanda.

Di era Hindia Belanda, saat menuju Olimpiade, Timnas Indonesia sengaja melakukan tur pertandingan ke beberapa negara di Eropa, salah satunya adalah Yugoslavia yang saat itu begitu digdaya di wilayah Eropa Timur.

Kemudian, di era 1974 Timnas Garuda kembali melakoni laga dengan tim besar dari benua biru. Timnas Denmark menjadi lawan berat saat itu. Hasilnya, kekalahan telak 0-9 atas Denmark tak terelakan.

Di tahun 2010, timnas Uruguay yang saat itu masih memiliki Cavani dan Suarez muda di skuadnya juga datang ke Indonesia untuk melakukan pertandingan. Pada saat itu, Indonesia masih untung dapat mencetak satu gol melalui Boaz. Setelah itu dibalas 7 gol oleh Cavani cs.

Pada kesempatan lain, di tahun 2013 timnas dari negara yang pernah menjajah Indonesia, yakni Belanda dijadwalkan bertanding. Hasilnya, skuad Belanda yang merupakan pemegang runner-up Piala Dunia Afrika Selatan saat itu berhasil menang dengan skor yang paling tidak, tak terlalu memalukan. Skor 0-3 jadi hasil akhirnya.

Terakhir pada tahun 2015, Indonesia saat itu mendatangkan raksasa dari Afrika, yakni Kamerun. Namun, di laga tersebut hasil akhir yang benar-benar cukup membuat kaget dan bangga adalah kekalahan tipis akhirnya berhasil dijaga hingga menit akhir. Skor 0-1 menjadi hasil akhir pertandingan tersebut.

Tahun ini, Indonesia kembali mengejutkan publik tanah air. Pasalnya, timnas Argentina yang baru saja memenangi Piala Dunia Qatar dan memuncaki puncak klasemen rating FIFA akan menjadi lawannya.

Namun, sayang fans Messi tak benar-benar dapat berbahagia. Sebab pemain Inter Miami itu kabarnya tak ikut ke Indonesia. Mungkin karena sibuk dengan klub barunya.

Tak hanya Messi, pemain senior lain seperti Angel Di Maria dan Otamendi juga tak akan memperkuat Argentina. Sisanya pemain-pemain kelas medioker yang sebenarnya memiliki peningkatan kualitas pasca Piala Dunia akan memperkuat Tim Tango.

Kepastian jadwal dan lawan FIFA Matchday Indonesia tahun ini didapatkan setelah adanya lobby yang dilakukan PSSI, Erick Thohir lebih tepatnya untuk meminta Argentina bertandang ke Indonesia.

Dalam hal ini, segi taktik, kedalaman skuad, harga total skuad, head to head, serta peluang menang dan kalah, semuanya sebenarnya tak bisa dibandingkan. Sebab dari segi pengalaman, prestasi, kedalaman skuad, dan lain sebagainya kita jauh berada dalam level yang berbeda.

Namun apresiasi perlu diberikan pada PSSI, Erick Thohir utamanya, karena telah melakukan lobbying yang baik pada timnas Argentina.

Mengingat ini adalah hal yang cukup prestisius meski terlihat seperti seekor keledai yang menantang singa. Tapi paling tidak, kita semua disuguhkan suatu kenyataan bahwa negara yang baru saja juara Piala Dunia tahun lalu, langsung bersedia menyetujui pertandingan FIFA matchday melawan Timnas Garuda.

Sayangnya, polemik demi polemik selalu terdengar santer di publik tanah air. Beberapa "fans timnas" menilai bahwa FIFA matchday yang disiapkan PSSI bagi timnas hanya buang-buang duit dan pamer semata.

Mereka mengomentari keputusan PSSI yang malah memilih bermain lawan Argentina Peringkat 1 FIFA, dibanding menggolangkan dana besar untuk pertandingan tersebut ke pengelolaan di bawah ranah sepak bola tanah air, merapikan fasilitas, hingga untuk biaya pelatihan jangka panjang pemain usia muda.

Hal-hal di atas hanyalah omong kosong yang penuh dengan sentimen. Sebab judge yang diberikan tak diiringi dengan melihat keadaan serta pergerakan PSSI tahun ini. Meski cukup sibuk mengurusi pertandingan dengan Argentina. Beberapa agenda penting untuk kemajuan sepak bola juga sedang digarap.
\
Sebut saja perencanaan VAR yang dibahas dengan kontributor VAR dari Singapura, kerja sama dengan Japan Football Association (JFA) yang siap memberikan pemahaman yang baik sesuai lisensi FIFA pada wasit, hingga percobaan VAR yang akan segera dilakukan musim ini di Liga 1.

Kembali pada Argentina yang akan jadi lawan timnas Garuda. Sebenarnya memang ada benarnya bila mengatakan hal ini hanya buang-buang duit dan pamer semata. Sialnya yang berkomentar akan tersinggung dengan jawaban atas kritikannya. Jawabannya adalah memang benar, salah satu tujuannya untuk meningkatkan prestise atau eksposur.

Sebuah negara dengan ranking FIFA yang kecil banyak yang melakukan hal ini. Mereka sengaja melakukan laga FIFA matchday dengan tim besar dengan ranking FIFA bagus. Dengan salah satu tujuannya mendulang traffic atas publik sepak bola dunia.

Bahkan Erick Thohir pun sengaja melakukan ini, sebab memang itu tujuannya. Menurutnya, FIFA matchday lawan Palestina tujuannya untuk mendulang poin di peringkat FIFA. Sedangkan pertandingan lawan Argentina memang untuk mendatangkan traffic serta sorotan publik dunia pada sepak bola Indonesia.

Dengan demikian, terlepas apa hasilnya nanti. Kalah dengan skor telak, dibantai habis-habisan, atau bahkan sebatas kalah tipis tak dapat menjadi patokan saat melawan Argentina. Sebab selain menambah jam terbang pemain, pengalaman pemain, melihat kedalaman skuad, serta mencoba pakem taktik dan strategi. Tapi alasan peningkatan prestise atau traffic publik dunia adalah alasan yang dapat diterima.

Sebab dengan begitu, publik dunia akan barang pasti terheran-heran siapa Indonesia ini sebenarnya. Tim kecil dari antah berantah berhasil mendaratkan satu tim besar juara Piala Dunia Qatar yang baru mereka dapatkan tahun lalu bersedia untuk melawan Indonesia.

Bukankah itu sebuah proyek besar dan fungsional? Meski berdasar pada komersial, tapi pertandingan ini masih sangat dapat dinilai fungsional bagi timnas kita. Apalagi mengingat menuju Piala Asia mendatang. Melawan tim kuat dengan traffic besar pada pertandingan harus jadi kunci bagi tambahan mental para pemain.

Fauzan Ibn Hasby

Pengen jadi Fabrizio Romano!