Salah Jurusan adalah Kunci Masa Depan

Okezone

Penulis:            Afiqul Adib
Editor:             Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Salah jurusan adalah satu hal yang sering dirasakan oleh para mahasiswa. Menurut Education Psychologist dari Development Flexibility (IDF), sebanyak 87% mahasiswa di Indonesia merasa salah jurusan.

Ketakutan akan memilih jurusan pun dirasakan oleh anak-anak yang akan menjalani kuliah (calon mahasiswa baru). Mereka merasa takut kalau sampai memilih jurusan yang tidak sesuai passion, dan ahirnya tidak menikmati kuliahnya. atau lebih buruk, kuliahnya tidak selesai.

Saya paham bagaimana rasanya. Sebab, saya pernah di posisi tersebut. Tapi sebagai orang yang merasa salah jurusan sampai jenjang S2, saya kira salah jurusan bukan hal yang mengerikan. Bahkan saya bisa mengatakan kalau salah jurusan adalah salah satu solusi masa depan.

Kenapa demikian? Sebab, tujuan kuliah adalah mencari ilmu. Nah, secara logika, orang yang mencari ilmu adalah orang yang belum punya ilmu. Karena itu jika merasa belum menguasai bidang yang diambil saat kuliah, jangan langsung merasa salah jurusan. Ketidakbisaan itu sebuah kewajaran. Namanya juga belajar, pasti tidak langsung paham dong.

Ibarat belajar naik sepeda, kalau jatuh ya wajar. Tidak mungkin sekali coba langsung bisa. Sama halnya belajar memanah, tidak bisa sekali coba. Semua butuh proses.

Fenomena yang terjadi adalah ketika mahasiswa tidak bisa menguasai jurusan yang dipilihnya, maka dengan santuy mereka akan mengatakan, “saya salah jurusan”, “ini bukan passion saya”, “saya tidak pernah berniat masuk jurusan ini”. Hmmm benar-benar sebuah ironi.

Yah, terlepas dari ironi tersebut, saya ingin memberi sebuah ilustrasi. Sebut saja namanya Bambang. Ketika sekolah, dia adalah siswa yang sangat menguasai bahasa arab. Kemudiaan saat kuliah, dia mengambil jurusan bahasa arab. Hasilnya, si Bambang menjadi sarjana yang sangat menguasai bahasa arab (saja).

Selanjutnya sebut saja si Bimbang. Berbeda dengan si Bambang, meskipun dia adalah kembarannya Bambang yang juga sangat menguasai bahasa arab, namun ketika kuliah dia mengambil jurusan olahraga. Dan hasilnya apa? si Bimbang menjadi sarjana olahraga yang jago bahasa arab.

Dari ilustrasi tersebut, seharusnya kita sudah paham bahwa jika kita fokus pada satu bidang yang dikuasai, maka di akhir, kita akan mendapat satu hal saja, satu senjata saja untuk masa depan. Padahal kita nggak pernah tahu masa depan seperti apa yang akan kita hadapi. Nah, jika kita mengambil satu bidang yang belum dikuasai, di akhir, kita akan menguasai dua bidang. Kita akan punya dua senjata.

Lantas, mana yang terbaik? Mengasah satu senjata, atau punya beberapa senjata untuk menghadapi masa depan?

Memang sih tidak ada salahnya mempertajam suatu keilmuan, namun perlu sampean ketahui, di zaman ini sudah tidak dibutuhkan lagi siapa yang paling hebat, zaman ini akan dikuasai oleh yang paling beda.

Umpamanya sebuah perusahaan membutuhkan seorang karyawan IT, tentunya semua sarjana IT akan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Nah masalahnya, kalau kita seorang sarjana IT dan hanya menguasai IT, maka apa bedanya kita dengan pelamar pekerjaan yang lain?

HRD perusahaan tersebut tentunya mencari yang paling beda, karena itu kita perlu menjadi yang paling beda agar bisa menarik perhatian dan diterima di pekerjaan tersebut.

Pandji pragiwaksono pernah mengatakan, “sedikit lebih beda, lebih baik, daripada sedikit lebih baik”. Ingatkah sampeandengan Gangnam Style? Apakah dia terkenal karena pinter joget?

Tentu saja tidak dong. Di saat orang Korea lainnya belajar joget ala K-Pop. Tiba-tiba ada orang gendut, pake kacamata dan joget dengan abstrak. Dan benar saja, dia menjadi terkenal. Bukan karena dia paling hebat tapi karena dia beda.

Poin saya di sini adalah, apapun pilihanmu, ia tidak pernah salah. Merasa salah jurusan itu wajar. Tapi menyesali pilihan tersebut adalah sebuah kesia-siaan. Iya, jalani saja yang sudah ada, lakukan saja yang bisa dilakukan. Sekuat-kuatnya, sehormat-hormatnya. Karena memang hanya itu yang bisa kita lakukan.

Selamat mencoba, tetaplah bahagia, dan tetaplah baik-baik saja.

Afiqul Adib

Fresh graduate yang suka hidup hemat untuk foya-foya. Dapat ditemui di Instagram @aduib07