Sevilla: Raja Europa League Bermodalkan Mental
![]() |
Detik.com |
Penulis: Fauzan Ibn Hasby
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Laga final Uefa Europa League resmi telah dimenangkan oleh tim asal Spanyol, yakni Sevilla. Los Palanganas berhasil membekuk wakil dari Italia, yakni AS Roma dengan cukup susah payah. Hal itu dibuktikan dari kemenangan yang harus mereka dapatkan melalui adu tos-tosan atau penalti.
Pertandingan tersebut berlangsung begitu sengit. Dengan skor akhir waktu normal 1-1 sebagai buktinya. Meski sebenarnya secara keseluruhan Sevilla lebih mendominasi dari lawannya.
Dalam hal ini, hal yang perlu diulas justru bukan soal siapa pencetak gol, bagaimana gol terjadi, atau taktik seperti apa yang diterapkan. Melainkan bagaimana mental kedua tim berbicara.
Laga final adalah sebuah laga akhir dari sebuah kompetisi. Dalam artian, setelah pertandingan selesai, harus dipastikan ada satu pihak atau tim yang menang untuk dinobatkan sebagai juara kompetisi. Maka tentu hal ini menambah pressure bagi setiap tim yang berlaga di laga final.
Tekanan atau pressure tersebut hanya bisa diantisipasi oleh satu hal, yakni mental. Dalam hal ini, bila dilihat secara kedalaman skuad, sebenarnya kedua tim cukup berimbang. Baik Roma maupun Sevilla, sama-sama memiliki skuad mumpuni dengan kisaran harga pasar pemain yang hampir sama.
Namun, bila dilihat dari segi pengalaman, tentu Sevilla secara keseluruhan klub lebih berpengalaman. Bagaimana tidak? Tim yang kini dilatih oleh José Luis Mendilibar itu sebelumnya telah menjuarai Uefa Europa League sebanyak 6 kali. Catatan itu bahkan mereka selesaikan tanpa satupun kekalahan.
Artinya, selama memasuki final di kompetisi ini sejak 2006, mereka selalu berhasil mendapatkan gelar juara.
Namun, di sisi lain sebenarnya Roma pun bukan tak memiliki pengalaman. Meski baru sekali memasuki final Europa League di tahun 1991, tim berjuluk I Giallorossi tersebut kini punya nilai tambah. Sebab mereka tengah ditukangi oleh The Special One, yakni Jose Mourinho.
Seperti diketahui bahwa Mourinho punya statistik yang baik pada saat laga final. Di mana sesuai statistik, dirinya mencapai angka 85,7 persen kemenangan bila tengah berlaga di final.
Maka jelas, dari head to head ini sebenarnya cukup berimbang. Namun, sebenarnya sejak awal memang Sevilla lebih diunggulkan. Sebab tim yang telah merengkuh 6 gelar Europa League tersebut memiliki mental juara yang telah terpupuk tak hanya pada satu orang atau beberapa orang pemain saja. Setiap generasi pemain, skuad yang berbeda, seluruh staf kepelatihan, hingga seluruh supporter, sama-sama memiliki mental juara di kompetisi tersebut.
Hal itu terbukti dari kemenangan yang dicetak Sevilla tadi malam. Di mana penguasaan bola di waktu normal dengan rentang cukup jauh yakni 64% dengan Roma yang hanya mencapai 36% menjadi bukti. Tak hanya itu, penguasaan bola serta penciptaan peluang yang efektif juga lebih unggul Sevilla dibanding AS Roma.
Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa AS Roma yang tengah ditukangi Mourinho dengan statistik menterengnya di laga final tak bisa menaklukan Sevilla. Mengapa demikian? Sebab hal ini berarti terdapat satu syarat penting yang perlu dilakukan AS Roma agar mereka dapat mengalahkan Sevilla dari segi mental. Hal itu ada pada mental kemenangan yang dimiliki Mourinho perlu dialirkan secara merata kepada seluruh pemain hingga seluruh elemen tim.
Dengan demikian, hal itu menjadi masalah yang tidak selesai pada pertandingan tersebut. Sebab terlihat dari permainan dan semangat tim. Lini depan yang akhirnya banyak diganti di babak kedua membuat The Special One kelimpungan menjelang akhir waktu normal. Meski sempat banyak menekan di akhir waktu, lagi-lagi Sevilla menangkis itu semua dengan mental juara.
Jawaban kedua mengapa AS Roma terbukti jauh kalah dari segi mental dibanding Sevilla adalah kekalahan telak yang mereka dapatkan pada babak adu penalti. Dimana 3 dari 4 penendang I Giallorossi gagal menembus gawang Yassine Bounou.
Dari sini dapat kita lihat bahwa hal yang perlu dilihat pada laga final, selain kedalaman skuad dan taktik yang diusung adalah urusan mental juara. Sevilla telah membuktikan itu pada seluruh khalayak luas.
Bahkan dari 6 gelar yang telah berhasil mereka dapatkan, 3 diantaranya merupakan tim-tim besar langganan Champions League yang berhasil mereka kalahkan. Tim-tim tersebut adalah Benfica di final Europa League 2014, Liverpool di final Europa League 2016, dan Inter Milan di final Europa League 2020.
Dari sanalah kemudian Sevilla sangat layak dinobatkan menjadi raja Europa League. Meski kasta kedua, kehebatannya dalam mempertahankan mental juara adalah kunci dan jawaban yang dapat membungkam semuanya.
Cangkeman.net - Laga final Uefa Europa League resmi telah dimenangkan oleh tim asal Spanyol, yakni Sevilla. Los Palanganas berhasil membekuk wakil dari Italia, yakni AS Roma dengan cukup susah payah. Hal itu dibuktikan dari kemenangan yang harus mereka dapatkan melalui adu tos-tosan atau penalti.
Pertandingan tersebut berlangsung begitu sengit. Dengan skor akhir waktu normal 1-1 sebagai buktinya. Meski sebenarnya secara keseluruhan Sevilla lebih mendominasi dari lawannya.
Dalam hal ini, hal yang perlu diulas justru bukan soal siapa pencetak gol, bagaimana gol terjadi, atau taktik seperti apa yang diterapkan. Melainkan bagaimana mental kedua tim berbicara.
Laga final adalah sebuah laga akhir dari sebuah kompetisi. Dalam artian, setelah pertandingan selesai, harus dipastikan ada satu pihak atau tim yang menang untuk dinobatkan sebagai juara kompetisi. Maka tentu hal ini menambah pressure bagi setiap tim yang berlaga di laga final.
Tekanan atau pressure tersebut hanya bisa diantisipasi oleh satu hal, yakni mental. Dalam hal ini, bila dilihat secara kedalaman skuad, sebenarnya kedua tim cukup berimbang. Baik Roma maupun Sevilla, sama-sama memiliki skuad mumpuni dengan kisaran harga pasar pemain yang hampir sama.
Namun, bila dilihat dari segi pengalaman, tentu Sevilla secara keseluruhan klub lebih berpengalaman. Bagaimana tidak? Tim yang kini dilatih oleh José Luis Mendilibar itu sebelumnya telah menjuarai Uefa Europa League sebanyak 6 kali. Catatan itu bahkan mereka selesaikan tanpa satupun kekalahan.
Artinya, selama memasuki final di kompetisi ini sejak 2006, mereka selalu berhasil mendapatkan gelar juara.
Namun, di sisi lain sebenarnya Roma pun bukan tak memiliki pengalaman. Meski baru sekali memasuki final Europa League di tahun 1991, tim berjuluk I Giallorossi tersebut kini punya nilai tambah. Sebab mereka tengah ditukangi oleh The Special One, yakni Jose Mourinho.
Seperti diketahui bahwa Mourinho punya statistik yang baik pada saat laga final. Di mana sesuai statistik, dirinya mencapai angka 85,7 persen kemenangan bila tengah berlaga di final.
Maka jelas, dari head to head ini sebenarnya cukup berimbang. Namun, sebenarnya sejak awal memang Sevilla lebih diunggulkan. Sebab tim yang telah merengkuh 6 gelar Europa League tersebut memiliki mental juara yang telah terpupuk tak hanya pada satu orang atau beberapa orang pemain saja. Setiap generasi pemain, skuad yang berbeda, seluruh staf kepelatihan, hingga seluruh supporter, sama-sama memiliki mental juara di kompetisi tersebut.
Hal itu terbukti dari kemenangan yang dicetak Sevilla tadi malam. Di mana penguasaan bola di waktu normal dengan rentang cukup jauh yakni 64% dengan Roma yang hanya mencapai 36% menjadi bukti. Tak hanya itu, penguasaan bola serta penciptaan peluang yang efektif juga lebih unggul Sevilla dibanding AS Roma.
Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa AS Roma yang tengah ditukangi Mourinho dengan statistik menterengnya di laga final tak bisa menaklukan Sevilla. Mengapa demikian? Sebab hal ini berarti terdapat satu syarat penting yang perlu dilakukan AS Roma agar mereka dapat mengalahkan Sevilla dari segi mental. Hal itu ada pada mental kemenangan yang dimiliki Mourinho perlu dialirkan secara merata kepada seluruh pemain hingga seluruh elemen tim.
Dengan demikian, hal itu menjadi masalah yang tidak selesai pada pertandingan tersebut. Sebab terlihat dari permainan dan semangat tim. Lini depan yang akhirnya banyak diganti di babak kedua membuat The Special One kelimpungan menjelang akhir waktu normal. Meski sempat banyak menekan di akhir waktu, lagi-lagi Sevilla menangkis itu semua dengan mental juara.
Jawaban kedua mengapa AS Roma terbukti jauh kalah dari segi mental dibanding Sevilla adalah kekalahan telak yang mereka dapatkan pada babak adu penalti. Dimana 3 dari 4 penendang I Giallorossi gagal menembus gawang Yassine Bounou.
Dari sini dapat kita lihat bahwa hal yang perlu dilihat pada laga final, selain kedalaman skuad dan taktik yang diusung adalah urusan mental juara. Sevilla telah membuktikan itu pada seluruh khalayak luas.
Bahkan dari 6 gelar yang telah berhasil mereka dapatkan, 3 diantaranya merupakan tim-tim besar langganan Champions League yang berhasil mereka kalahkan. Tim-tim tersebut adalah Benfica di final Europa League 2014, Liverpool di final Europa League 2016, dan Inter Milan di final Europa League 2020.
Dari sanalah kemudian Sevilla sangat layak dinobatkan menjadi raja Europa League. Meski kasta kedua, kehebatannya dalam mempertahankan mental juara adalah kunci dan jawaban yang dapat membungkam semuanya.

Posting Komentar