Begini Suka dan Duka Seorang Bassist

CNN Indonesia

Penulis:            Eunike Dewanggasani
Editor:              Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Kebanyakan seseorang pertama kali mengenal dunia musik itu ketika di sekolah dasar, yaitu saat ada pelajaran seni yang mewajibkan para murid untuk memainkan rekorder atau pianika. Kalaupun tidak bisa jago bermusik, setidaknya paham tangga nada doremifasolasido. Nah, biasanya orang-orang yang memang berminat untuk lebih mendalami musik sebagai hobi akan mencoba alat musik lain, umumnya sih gitar atau piano/keyboard. Ada juga yang memilih biola, flute, atau bahkan alat musik tradisional (kalau memang mereka tertarik di musik tradisional). Harus diakui, jarang sekali orang yang langsung memutuskan untuk belajar bass.

Sebagai seorang pemusik yang hobi konser di dalam kamar, saya ingin berbagi suka dan dukanya menjadi seorang pemain bass. Walaupun sangat jaraaaang sekali saya bertemu dengan sesama pemain bass di dunia nyata, semoga tulisan ini bisa ‘ngena’ ke para bassist lainnya di luar sana yang membaca artikel ini, hiks.

Masyarakat umum banyak yang masih awam dengan bass
Salah satu hal yang paling miris dari menjadi seorang pemain bass adalah banyaknya orang yang tidak tahu bass. Sungguhan lho ini. Bassist Youtuber terkenal bernama Davie504 pernah datang ke sebuah taman sambil membawa bass dan bertanya ke orang-orang yang lewat mengenai nama alat musik yang dia bawa. Hampir sebagian besar menjawab ‘gitar’ atau ‘gitar elektrik’ alih-alih ‘gitar bass’ atau ‘bass’. Ya, tidak bisa dipungkiri, bagi orang yang memang tidak terlalu mengikuti perkembangan musik, bass terlihat seperti sebuah gitar normal. Alhasil, kalau ada orang yang bertanya ke saya “Lho, kamu itu bukannya gitaris?” Maka saya harus mengeluarkan jawaban wajib “Bukan, gitar itu senarnya enam, yang ini senarnya empat....”

Butuh usaha lebih untuk bermain bass
Terlepas dari jumlah senar yang lebih sedikit, bass standar (akustik maupun elektrik) memiliki bobot dan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan sepupunya, yaitu si gitar enam senar. Bass rata-rata memiliki berat sekitar 3 sampai 5 kilogram. Selain itu, empat senarnya jauh lebih tebal dan panjang lehernya juga lebih panjang dibandingkan gitar. Hal ini dibutuhkan supaya bass bisa menghasilkan ton dan suara dengan frekuensi rendah. Ini baru yang standar empat senar saja. Bass pun juga ada versi lima dan enam senar yang tentunya, makin berat pula bobotnya.

Belum cukup dengan body alat musiknya saja, amplifier khusus untuk bass pun biasanya lebih besar dan berat dibandingkan amplifier normal. Sebagai seorang wanita, jujur saja dua hal ini sempat menjadi kendala untuk bermain. Membawa bass dan amplifier terasa sangat berat dan melelahkan. Selain itu, jari-jari tangan kiri saya juga sakit karena harus banyak bergerak di fret yang lebar-lebar. Ya, beginilah nasib bermain bass dengan jari pendek dan tangan mungil, huhuhuhu.

Pesonanya sering ketutupan alat musik lain
Kalau melihat penampilan sebuah band, anggota mana yang menarik perhatian? Biasanya sih vokalis, gitaris, dan keyboardist. Betul tidak? Kalau dari segi suara, orang-orang langsung memperhatikan irama dan gebukan dari pemain drum. Kalau bassist? Memang karena frekuensi suaranya rendah, seringkali permainan bass tertutup oleh suara alat musik lain. Apalagi kalau misalnya bassline yang dimainkan mengikuti chord lagu. Wah, jelas ketutupan sama gitar, nih. Akhirnya, sering kali penonton suka melupakan keberadaan pemain bass. Hal ini diperkuat dengan minimnya pemain bass yang merangkap sekaligus menjadi vokalis. Kenapa? Hal ini dikarenakan umumnya permainan bass itu syncopated alias tidak seirama dengan melodi lagu. Pemain bass susah untuk memecah konsentrasi dalam bermain bass dan menyanyi dalam waktu bersamaan.

Keren karena langka
Namun di sisi terangnya, justru karena segala kontra di atas tadi, menjadi seorang bassist adalah hal keren. Karena dibandingkan alat musik lain, jarang sekali ada orang yang mendalami permainan bass. Dalam membentuk sebuah band, biasanya susah lho mencari posisi pemain bass. Kalau ujung-ujungnya tidak ada, seringkali pemain gitar yang harus dikorbankan untuk bermain bass, hehehe. Yang lebih keren lagi, kualitas permainan gitaris yang bermain bass dibandingkan pemain bass murni jelas sangat berbeda, lho. Ada berbagai teknik dan pola bassline yang hanya bisa dieksekusi oleh orang-orang yang memang fokus belajar bass.

Melatih tubuh menjadi lebih kuat dan peka
Berkat alat musik empat senar ini, mau tidak mau saya harus menyesuaikan tubuh dengan situasi dan kondisi. Tubuh pun jadi terbiasa menanggung beban berat bass. Mengangkut dan memindahkan amplifier? Sudah jadi kegiatan rutin. Harus mengatur strap bass dan berdiri dengan postur tegak untuk mendistribusikan berat bass ketika bermain di panggung? Sudah jadi makanan sehari-hari. Pergelangan tangan juga jadi lebih terbiasa untuk menekuk. Jari-jari (terutama jari kelingking kiri) juga bisa bergerak lebih lincah di atas fret. Jempol dan jari tangan kanan juga jadi lebih tebal untuk melakukan teknik slap.

Selain itu, telinga juga terlatih supaya menjadi jauh lebih peka. Iringan bass harus sesuai mengikuti ritme lagu; tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Seluruh tubuh jadi bisa bereaksi terhadap ketukan dan bisa langsung menyesuaikan alur permainan bass dengan menyesuaikan ke alat musik yang lain.

Keberadaannya penting untuk sebuah band
Walaupun bagi penonton bass terkesan sebagai alat musik ‘transparan’, tapi sebetulnya bass adalah bagian esensial dalam keseluruhan penampilan, lho. Bass itu seperti lem yang menyatukan ketukan yang dihasilkan oleh drum dengan alunan melodi dari gitar/keyboard. Kalau diringkas secara keren, “Bass itu keberadaannya memang tidak mencolok, tapi sebuah band akan terasa hampa tanpa permainan bass”. Ciaaaaaa.

Tapi serius lho. Coba saja bayangkan kalian mendengarkan lagu Billie Jean atau Smooth Criminal milik Michael Jackson tanpa alunan bass-nya. Bayangkan juga kamu mendengarkan Queen - Another One Bites The Dust tanpa dum-dum-dum ikonik dari bass lagu tersebut. Jelas lagu itu tidak akan terdengar enak masuk di telinga, ya ‘kan?

Akhir kata, tulisan ini sebenarnya adalah agenda terselubung untuk meyakinkan kalian yang ingin terjun mendalami musik sebagai hobi agar kalian memilih bermain bass dibandingkan alat musik lain! Hohohoho.

Eunike Dewanggasani

Penulis lepas yang suka belajar bahasa-bahasa Asia Timur. Dapat dijumpai di Instagram @dewangga68.