Kuliah Modal Adu Outfit, Giliran di Kelas Bengong Doang
![]() |
Fauxels on Pexels |
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Thiara
Cangkeman.net - Beberapa hari lalu, di fyp akun TikTok saya muncul video semacam dokumentasi mahasiswa 90-an yang khas akan pakaiannya ala tempo dulu. Tentu saja sebagai generasi kelahiran 2000-an, saya cukup asing dengan pemandangan itu. Namun, yang membuat saya tertegun bukan perkara gaya pakaiannya, melainkan fakta bahwa mahasiswa dulu itu ternyata juga udah familiar dengan adu outfit.
Iya, walaupun gaya pakaiannya klasik, tetapi cukup beragam bentukannya. Bahkan, outfit yang dulu dipakai mahasiswa 90-an nyatanya sama persis dengan yang sekarang digandrungi kawan-kawan mahasiswa. Ini semakin memperkuat asumsi saya bahwa mahasiswa sekarang yang kalau kuliah cuma modal pinter milih outfit itu betul-betul norak.
Sebentar, bagi yang merasa, jangan marah dulu. Coba perhatikan baik-baik beberapa alasannya berikut.
Mestinya bukan adu outfit, tapi pengetahuan
Di zaman yang udah semakin maju ini, bagi mahasiswa mestinya outfit bukanlah hal yang sangat penting daripada pengetahuan. Ya, bukan berarti mahasiswa dulu lebih mementingkan outfit, tapi kalau tahu bahwa budaya adu outfit dan gaya outfit-nya itu sama persis dengan tempo dulu, yah harusnya mahasiswa sekarang malu.
Selain malu karena ternyata budaya adu outfit dan gaya outfit-nya bukan sesuatu yang baru, pun saya kira peluang dan tantangan di zaman sekarang udah semakin rumit dan beragam daripada dulu. Lha, kalau mahasiswanya sekarang kuliah cuma pinter milih outfit, terus gimana nasib generasi dan peradaban di masa mendatang?
Mungkin itu terlalu ndakik-ndakik bagi mereka. Tapi minimal, isi kepala mahasiswa sekarang udah cukup mumpuni nggak untuk diskusi adu pengetahuan akademis dan bukan adu bagaimana cara narsis dengan gaya outfitkekinian ala 90-an?
Semoga hanya di lingkungan kampus saya aja yang mahasiswanya masih minoritas isi kepalanya udah mampu. Hmmm…
Apa yang patut dibanggakan jika cuma pinter milih outfit?
Ketika melihat kawan-kawan mahasiswa yang kalau berangkat ke kampus lagaknya cuma adu outfit, saya itu berpikir, sebenarnya apa, sih, yang mereka banggakan dengan hanya adu outfit tapi kalau di kelas cuma ngang ngong ngang ngong, doang?
Sampai tulisan ini dibuat, saya betul-betul nggak tahu hal apa yang patut dibanggakan dan itu berhubungan dengan identitasnya sebagai mahasiswa. Tentu saja kalau bagi mahasiswa tata busana, bisa jadi outfit adalah salah satu hal yang penting.
Tetapi bagi mahasiswa yang lain, saya pikir nggak mungkin ketika nanti mereka lulus kuliah melamar ke perusahaan, lantas berharap diterima kerja hanya bermodalkan outfit ala 90-an dan kepala yang isinya cuma ngang ngong ngang ngong, doang.
Terlebih lagi, apa mereka ini nggak sayang, ya, sama biaya uang kuliah tunggal (UKT) dan waktu usia mudanya hanya dibuat ajang adu outfit sama kawannya yang lain? Kalau akalnya sehat, harusnya nggak hanya sayang, tetapi juga sadar.
Nggak salah kalau dikatain menunda pengangguran dengan gaya
Setelah dipikir-pikir, ungkapan yang pernah populer alih-alih sindirian bahwa kuliah hanyalah seni menunda pengangguran dengan gaya, nyatanya itu nggak salah-salah amat kalau disematkan pada mahasiswa yang cuma mendewa-dewakan outfit tanpa mau mengisi kepalanya dengan pengetahuan.
Karena yang terjadi memang demikian. Kehidupannya biasanya berangkat kuliah dengan memakai outfit mahal, sesampai di ruang kelas saling adu outfit dan narsis di story/instastory, lalu pulang kuliah membiarkan kepalanya kosong. Kadang juga nggak hanya kepalanya, tetapi juga dompetnya karena habis nongkrong di caffee buat rasan-rasan berkedok ngerjain tugas.
Coba pikirkan, di mana letak salahnya ungkapan tadi?
Outfit memang perlu, tapi pengetahuan lebih penting
Sebenarnya ya nggak salah-salah amat perkara mau pinter milih outfit atau nggak. Di satu sisi, outfit itu juga perlu bagi mahasiswa biar nggak dianggap sebagai golongan anak muda yang nggak melek tren fashion. Tetapi di sisi yang lain, pengetahuan jauh lebih penting daripada outfit ketika posisinya adalah sebagai mahasiswa.
Lha, bagaimana nggak penting? Sebabnya nggak mungkin kalau mimpinya membawa perubahan tapi aksinya dengan cara adu outfit!
Cangkeman.net - Beberapa hari lalu, di fyp akun TikTok saya muncul video semacam dokumentasi mahasiswa 90-an yang khas akan pakaiannya ala tempo dulu. Tentu saja sebagai generasi kelahiran 2000-an, saya cukup asing dengan pemandangan itu. Namun, yang membuat saya tertegun bukan perkara gaya pakaiannya, melainkan fakta bahwa mahasiswa dulu itu ternyata juga udah familiar dengan adu outfit.
Iya, walaupun gaya pakaiannya klasik, tetapi cukup beragam bentukannya. Bahkan, outfit yang dulu dipakai mahasiswa 90-an nyatanya sama persis dengan yang sekarang digandrungi kawan-kawan mahasiswa. Ini semakin memperkuat asumsi saya bahwa mahasiswa sekarang yang kalau kuliah cuma modal pinter milih outfit itu betul-betul norak.
Sebentar, bagi yang merasa, jangan marah dulu. Coba perhatikan baik-baik beberapa alasannya berikut.
Mestinya bukan adu outfit, tapi pengetahuan
Di zaman yang udah semakin maju ini, bagi mahasiswa mestinya outfit bukanlah hal yang sangat penting daripada pengetahuan. Ya, bukan berarti mahasiswa dulu lebih mementingkan outfit, tapi kalau tahu bahwa budaya adu outfit dan gaya outfit-nya itu sama persis dengan tempo dulu, yah harusnya mahasiswa sekarang malu.
Selain malu karena ternyata budaya adu outfit dan gaya outfit-nya bukan sesuatu yang baru, pun saya kira peluang dan tantangan di zaman sekarang udah semakin rumit dan beragam daripada dulu. Lha, kalau mahasiswanya sekarang kuliah cuma pinter milih outfit, terus gimana nasib generasi dan peradaban di masa mendatang?
Mungkin itu terlalu ndakik-ndakik bagi mereka. Tapi minimal, isi kepala mahasiswa sekarang udah cukup mumpuni nggak untuk diskusi adu pengetahuan akademis dan bukan adu bagaimana cara narsis dengan gaya outfit
Semoga hanya di lingkungan kampus saya aja yang mahasiswanya masih minoritas isi kepalanya udah mampu. Hmmm…
Apa yang patut dibanggakan jika cuma pinter milih outfit?
Ketika melihat kawan-kawan mahasiswa yang kalau berangkat ke kampus lagaknya cuma adu outfit, saya itu berpikir, sebenarnya apa, sih, yang mereka banggakan dengan hanya adu outfit tapi kalau di kelas cuma ngang ngong ngang ngong, doang?
Sampai tulisan ini dibuat, saya betul-betul nggak tahu hal apa yang patut dibanggakan dan itu berhubungan dengan identitasnya sebagai mahasiswa. Tentu saja kalau bagi mahasiswa tata busana, bisa jadi outfit adalah salah satu hal yang penting.
Tetapi bagi mahasiswa yang lain, saya pikir nggak mungkin ketika nanti mereka lulus kuliah melamar ke perusahaan, lantas berharap diterima kerja hanya bermodalkan outfit ala 90-an dan kepala yang isinya cuma ngang ngong ngang ngong, doang.
Terlebih lagi, apa mereka ini nggak sayang, ya, sama biaya uang kuliah tunggal (UKT) dan waktu usia mudanya hanya dibuat ajang adu outfit sama kawannya yang lain? Kalau akalnya sehat, harusnya nggak hanya sayang, tetapi juga sadar.
Nggak salah kalau dikatain menunda pengangguran dengan gaya
Setelah dipikir-pikir, ungkapan yang pernah populer alih-alih sindirian bahwa kuliah hanyalah seni menunda pengangguran dengan gaya, nyatanya itu nggak salah-salah amat kalau disematkan pada mahasiswa yang cuma mendewa-dewakan outfit tanpa mau mengisi kepalanya dengan pengetahuan.
Karena yang terjadi memang demikian. Kehidupannya biasanya berangkat kuliah dengan memakai outfit mahal, sesampai di ruang kelas saling adu outfit dan narsis di story/instastory, lalu pulang kuliah membiarkan kepalanya kosong. Kadang juga nggak hanya kepalanya, tetapi juga dompetnya karena habis nongkrong di caffee buat rasan-rasan berkedok ngerjain tugas.
Coba pikirkan, di mana letak salahnya ungkapan tadi?
Outfit memang perlu, tapi pengetahuan lebih penting
Sebenarnya ya nggak salah-salah amat perkara mau pinter milih outfit atau nggak. Di satu sisi, outfit itu juga perlu bagi mahasiswa biar nggak dianggap sebagai golongan anak muda yang nggak melek tren fashion. Tetapi di sisi yang lain, pengetahuan jauh lebih penting daripada outfit ketika posisinya adalah sebagai mahasiswa.
Lha, bagaimana nggak penting? Sebabnya nggak mungkin kalau mimpinya membawa perubahan tapi aksinya dengan cara adu outfit!

Posting Komentar