Bukan Cuma Jago Ngomong, 4 Hal Ini akan Kamu Dapat ketika Jadi Mahasiswa Komunikasi

Antenna on Unsplash

Penulis:   Achmad Fauzan
Editor:    Nurul Fatin Sazanah

Cangkeman.net - Entah sudah berapa kali saya sebagai mahasiswa Komunikasi selalu dicap “jago ngomong”. Sebenarnya, di satu sisi saya menerima dengan legowo anggapan itu. Sebab, faktanya di kalangan mahasiswa Komunikasi di angkatan berapapun pasti selalu ada yang jago ngomong. Kalau nggak percaya, silahkan dicek di kampus kalian yang ada Jurusan Komunikasi.

Tapi di lain sisi, saya juga sulit menerima kalau mahasiswa Komunikasi itu dicap “jago ngomong” doang. Sebab ada beberapa hal yang saya rasa lebih penting dan ikonik dari mahasiswa komunikasi daripada sekadar penyematan “jago ngomong”. Kalau cuma jago ngomong mah, mahasiswa di semua jurusan juga ada. Bahkan tanpa kuliah, dengan ikut kursus public speaking sudah bisa jago ngomong.

Jadi, biar kesesatan itu nggak bersifat meluas dan masif lagi, berikut saya catat beberapa hal penting dan ikonik dari mahasiswa Komunikasi berdasarkan pengalaman saya selama tujuh semester jadi mahasiswa Komunikasi.

Gampang diajak kompak

Walaupun mahasiswa Komunikasi nggak semuanya punya latar belakang organisasi, mereka ini selalu kompak dalam hal apapun. Kompaknya pun nggak hanya saat ada tugas kelompok ataupun proyek dalam kampus.

Kegiatan sepele di luar kampus—seperti buka puasa bersama, penggalangan dana, sambang ketika ada kawan yang lagi terkena musibah, atau apapun yang berkaitan dengan social interest—mereka menganggapnya seolah-olah sebagai kebutuhannya.

Selain itu, kalau kalian mahasiswa baru di Jurusan Komunikasi, jangan kaget ketika misalnya dalam sebuah acara besar kampus melihat perbedaan suasana kompak antara kawan kalian di jurusan lain dan kawan di Jurusan Komunikasi. Betul-betul kentara, mulai dari jumlah, kualitas kerja sama, bahkan visualisasi konten untuk kebutuhan sosial media. Serius saya. Buktikan sendiri kalau nggak percaya.

Saya pun kurang tahu pasti apa yang mendasari hal ini. Tapi yang pasti, saya merasa dengan banyaknya acara, proyek, tugas berkelompok, dan mata kuliah sejenis event organizer yang kami dapat, secara nggak langsung semua itu membangun kepribadian saya dan kawan-kawan mahasiswa komunikasi lainnya untuk gampang buat diajak kompak.

Bisa membaca apa yang nggak orang lain katakan

Jangan anggap salah kalau mahasiswa Komunikasi bisa membaca apa yang nggak dikatakan orang lain. Bukan, di Jurusan Komunikasi nggak ada mata kuliah tentang perdukunan atau komunikasi indra keenam.

Lebih tepatnya, di jurusan ini mendapatkan mata kuliah Semiotika (ilmu tentang tanda), Analisis Wacana Kritis (ilmu tentang mengungkap maksud), dan Analisis Framing (ilmu tentang cara mengetahui bagaimana orang membingkai sebuah pesan). Dengan semua itu, mahasiswa Komunikasi biasanya bisa mendeteksi pesan yang nggak orang lain katakan.

Terlebih lagi, kalau ngobrol dengan orang lain, mahasiswa Jurusan Komunikasi biasanya bisa membuat orang itu secara tidak sadar membocorkan informasi yang sebelumnya dirahasiakan. Kalau istilah gaulnya, bisa membuat orang jadi “over sharing”. Nggak bisa dipungkiri, memang hal itu salah satu keahlian seorang jurnalis, yang mana mahasiswa komunikasi pasti mendapatkan pengajarannya.

Untuk yang ini, biasanya nggak semua mahasiswa bisa karena memang agak sulit. Tapi tetaplah hati-hati kalau misalnya ketemu mahasiswa Komunikasi, apalagi mereka yang jago ngomong.

Tetap moderat meski ada banyak circle

Jangan kira meskipun mahasiswa Komunikasi gampang buat diajak kompak, lantas mereka nggak circle-circle-an. Tetap saja di kalangan mereka ada beberapa circle pertemanan. Hanya saja, circle yang mereka bangun sifatnya moderat.

Maksudnya, kalau misalnya circle A lagi kumpul di kedai kopi, dan ada circle B yang kebetulan ada di situ, maka kedua circle tersebut biasanya duduk jadi satu meja yang sama. Jarang mereka menuai keberjarakan kecuali misalkan ada tugas pribadi—yang mana itu nggak memungkinkan buat diganggu orang lain.

Terus juga, walaupun circle-circle-an, ketika ada masalah mereka jarang sekali ngomongin orang lain di belakang kayak circle bangsat di KKN yang sebelumnya saya bahas. Begitu ada masalah, pasti akan diselesaikan sesegera mungkin. Sebabnya tadi, kepribadian mereka sudah tertanam bahwa kompak itu adalah sebuah kebutuhan.

Bukan menjilat, melainkan profesional

Mahasiswa Komunikasi sering pula dianggap pintar menjilat. Misalnya saja ketika KKN, saya dan kawan saya yang kebetulan juga mahasiswa Komunikasi pernah dianggap pintar menjilat ke warga dan pejabat desa. Padahal, saya dan kawan saya ini memang tugasnya adalah sebagai public relations. Tentu saja, tugas tersebut dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik pada masyarakat agar menciptakan suasana yang kondusif.

Inilah kelebihan mahasiswa Komunikasi. Di kurikulum Jurusan Komunikasi ada mata kuliah Public Relations. Jadi, sangatlah berbeda antara menjilat dan public relations. Kalau memang benar-benar ada mahasiswa yang nyatanya pintar menjilat, ya jangan salahkan Jurusan Komunikasinya, tapi salahkan mahasiswa itu sendiri sebagai pribadi.

Nggak suka berteori, lebih suka langsung praktik

Tapi dari semua itu, nggak jarang juga kebanyakan mahasiswa Komunikasi nggak suka berteori. Kadang mereka paham dengan apa yang harus dilakukan berdasarkan teori, tapi nggak benar-benar paham kalau disuruh menjelaskannya. Mereka lebih suka untuk langsung ke lapangan; langsung praktik.

Ya, mau gimana lagi, dunia mahasiswa Jurusan Komunikasi memang lebih dekat dengan praktik dibanding teori. Misalnya ngadain acara sebagai praktik dari mata kuliah event organizer, membuat film, iklan, jadi penyiar radio, ataupun MC.

Beberapa dosen saya pun pernah bilang bahwa mahasiswa Komunikasi itu kebanyakan telat nyelesain skripsi. Mereka sulit untuk disuruh menulis, berkutat dengan teori dan merangkainya dalam sebuah tulisan ilmiah yang terstruktur dan sistematis.

Tentu saja yang terakhir ini merupakan sebuah kekurangan yang harus dibenahi mahasiswa Jurusan Komunikasi. Tapi terlepas dari semuanya, semoga dengan adanya ini, anggapan bahwa mahasiswa Komunikasi cuma jago ngomong segera berakhir. Titik.

Achmad Fauzan Syaikhoni
Manusia setengah matang, yang sedang fakir pengetahuan. Kalau mau menyumbang pengetahuan, bisa kirim lewat Instagram saya @zann_sy