Kekagetan Newbie Nonton Konser
Editor: Thiara
Selain pengin “healing”, saya juga ingin menambah pengalaman visual. Sebab, pemahaman saya seputar konser masih sangat remang-remang. Bahkan, di awal, saya sempat mbatin, kalau pengin dengerin lagu, bukankah nonton YouTube saja cukup? Kenapa harus rela berdiri sambil berdesakan kayak gitu dalam jangka waktu yang lama? Apa enggak capek?
Dan ketika akhirnya merasakan sendiri, ternyata nikmat juga. Capek sih, iya. Tapi seakan terbayar lunas. Bagi orang yang baru pertama kali coba seperti saya, nonton konser ini vibe-nya enak. Benar-benar cocok untuk merontokkan hormon stres untuk sesaat.
Meski demikian, ternyata ada saja hal-hal aneh yang saya temui ketika nonton konser kemarin. Semacam kekagetan karena baru mengenal lingkungannya.
Penonton banyak yang aneh
Saya baru tahu kalau konser ini juga merupakan melting pot, tempat banyak orang dengan ragam kepribadian berkumpul menjadi satu. Walhasil, ada banyak orang yang membuat saya mbatin, “kowe ki ngopo to yo?”
Misal, dalam “arena” bernyanyi tersebut, ada lo yang malah curhat dengan hikmat. Saya gak masalah soal orang curhat, tapi mendengar yang curhat ketika nonton konser adalah hal yang enggak pernah saya bayangkan. Apalagi dengan suara sayup-sayup, saya mendengar teman sebelahnya bilang, “udah putusin aja”. Waduhhh.
Lahan buat cari konten
Hal lain yang membuat saya kaget adalah, ternyata banyak yang nonton konser ini sambil mencari konten. Dalam artian, mereka lebih fokus merekam momen tersebut ketimbang menikmati sehikmat-hikmatnya.
Sialnya, postur tubuh saya ini pendek. Walhasil, saya lebih sering nonton HP orang-orang (yang mana kebanyakan adalah iPhone)—ketimbang melihat secara langsung penyanyi yang tampil. Lumayan ganggu sih, ini.
Harga makanan dan minuman enggak masuk akal
Betul, saya masih gak habis pikir, harga makanan dan minuman tuh di luar nalar. Enggak masuk akal blasss. Bayangin aja, air mineral dijual dengan harga 10rb rupiah. Ada juga mie instan 20rb-an.
Kalau kata kakak saya, harga segitu memang wajar ketika nonton konser. Tapi, sebagai mantan anak kosan, saya menangis melihat fakta ini. Mending gowo kompor dewe aku, Buos.
Btw, jarak antara tempat nonton dan stand jualan makanan ini lumayan jauh. Selain itu, kita juga harus rela mengorbankan posisi nonton yang sudah susah payah dicari sambil berdesakan demi menuju ke tempat stand makanan tersebut.
Saya membayangkan kalau EO konser ini mau mengadopsi konsep jualan pas nonton bola di stadion, saya kira akan sangat solutif. Iya, jadi ketika konser berlangsung, ada pedagang keliling. Entah jualan lumpia, air mineral, atau cemilan ringan. Yang penting gak jualan agama aja sih, xixixi.
Saya kira hal ini akan sangat membantu memenuhi nutrisi orang-orang yang mageran kayak saya ini. Namun terlepas dari hal-hal aneh yang saya temui, nonton konser ini memang pengalaman visual yang sangat layak untuk dialami.
Oh, iya, bagi kalian yang belum pernah nonton konser dan ingin coba, saya ada beberapa saran agar pengalaman kalian lebih paripurna. Pertama, pahami segala hal yang berhubungan dengan konser yang akan ditonton: simak aturannya, denah lokasinya, hingga prosedur penukaran tiketnya. Sebab, beda konser tentu beda aturan mainnya.
Misal, kalau ternyata lokasinya adalah outdoor, dan jam dimulainya adalah siang, enggak perlu malu untuk membawa semua alat tempur guna melawan panas. Bisa bawa topi atau handuk. Dan jika memang diperlukan, bawa kipas portable sekalian.
Kedua, tentukan tujuan. Kalau sekadar untuk merasakan suasana konser, enggak masalah beli tiket yang kelas ekonomi. Tapi kalau memang tujuannya pengin liat wajah penyanyi dari dekat, cermat, dan jelas; akan lebih baik beli tiket VIP yang agak mahal. Sebab, kesenjangan tiket ini nyata adanya. Jarak penonton kelas ekonomi ke panggung lumayan jauh. Jadi sangat perlu dipertimbangkan.
Terakhir, Jangan ragu tanya panitia. Ingat, hanya panitia, jangan yang lain. Sebab, kemarin saya sempat nanya lokasi penukaran tiket pada tukang ojek. Dan benar saja, saya diberikan rute yang memutar. Padahal, rute seharusnya bisa lebih dekat. Emang niatnya biar saya bayar ojek, sih.
Yah, intinya selalu persiapkan segala hal. Jangan let it the flow aja. Sido remhok, Buos. Oke, selamat menikmati pengalaman visual, Bestie!

Posting Komentar