Kenapa Sih Novel Fantasi Indonesia Begitu-Begitu Aja?

Pinterest

Penulis:            Rara Restu Humaira
Editor:              Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Bagaimana sih rasanya jadi pembaca fantasi aksi romansa di Indonesia? Pertanyaan ini seringkali aku tanyakan pada diri sendiri sebagai seorang penulis novel yang baru merintis karir.

Sebagai pecinta genre novel seperti Harry Potter, Percy Jackson, Artemis Fowl, dan buku-buku fantasi lainnya dari penulis luar, wajar kalau aku yang masih bau kencur ini ingin mengikuti jejak penulis luar yang sudah sukses dengan berbagai buku fantasi di luar negeri.

Tapi sekali lagi, ini Indonesia Bos!

Kalau fantasi novelnya ngikutin template di platform tulis online, contohnya vampir, manusia serigala, penyihir dan lain-lain ala-ala Twilight dan The Vampire Diaries dijamin pasti laku. Kisah cinta antara cewek manusia yang lemah lembut bagai boneka kaca, dan cowok ganteng paripurna kayak vampire dan makhluk lain, itu sudah menjamur dari zaman dahulu sampai sekarang.

Genre yang di sebut di atas pasti laku. Meski awalnya sama, jalan ceritanya mirip-mirip, ending-nya happy ever after, dijamin konsumen yang rata-rata masih bocah bakal suka banget dan mengelu-elukan tokoh ganteng yang sempurna tanpa cacat sama sekali. Banyak juga yang berharap jadi si tokoh utama ceweknya.

Sebagai penulis yang awalnya pembaca, aku nggak munafik dan mengakui kalau awalnya aku juga begitu. Mantau terus platform online untuk baca cerita-cerita novel semacam itu.

Namun, lama-lama karena sudah bosan dengan bacaan yang itu-itu saja, alhasil meluncurlah diri ini ke toko buku di mall. Dari sana, selain buku-buku romantis umum yang sewaktu lihat cover-nya saja sudah tahu bagaimana plotnya, akhirnya aku tertarik dengan buku-buku novel terbitan luar.

Ternyata, aku baru tahu kalau fantasi itu sekaya itu. Selain vampir dan manusia serigala yang rasanya ada di setiap novel, ada banyak elemen dan makhluk yang ada di novel-novel fantasi terbitan luar. Ada peri, kurcaci, veela, dullahan, dan masih banyak lagi makhluk-makhluk fantasi yang rasanya jarang ada di novel fantasi Indonesia.

Building World yang juga kaya sehingga aku sebagai pembaca seperti masuk ke dunia lain yang penuh dengan keajaiban dan sihir. Penulis-penulis yang kubaca mampu membuat pembacanya seakan-akan ditarik dan diajak berpetualang di dunia yang indah sekaligus menegangkan.

Apalagi, plot fantasi bukan hanya tentang cinta-cintaan basi penuh dengan adegan yang rasanya tidak pantas untuk rating 13 tahun ke bawah, atau bahkan ke atas. Novel fantasi di luar, entah itu dicampur dengan genre lain semisal romantis, aksi atau yang lain, pasti akan menghadirkan jalan cerita menarik yang penuh petualangan, persahabatan dan penuh dengan pesan moral yang diselipkan tanpa sadar di dalam ceritanya.

Jadi selama baca novel fantasi di platform dan buku fisik dari toko buku resmi, di sini aku nemuin banyak perbedaan yang mencolok di sini. Sebenarnya sudah disebutkan di atas, hanya saja, membaca buku fantasi dari luar membuka banyak pengetahuan baru dan sebuah dunia fantasi yang jauh lebih luas dari kisah cinta picisan dengan karakter mitologi yang obsesif.

Aku jadi berubah pas baca buku novel terbitan luar dari penulis luar negeri terkenal. Aku jadi lebih sering baca novel fantasi, dan meninggalkan platform online yang menurutku genre fantasinya sudah terlalu basi. Bukan berarti aku menjelek-jelekkan, tapi pada kenyataannya, susah untuk menemukan penulis genre fantasi di Indonesia yang karyanya benar-benar bagus. Selebihnya ya hanyalah romansa template yang bikin aku bosan karena ceritanya sudah tertebak dari awal.

Yang aku sayangkan, kebanyakan penulis di Indonesia lebih banyak mengambil genre anak sekolah, drama rumah tangga, dan lain-lain. Penulis Indonesia yang mengambil tema berbeda biasanya kelasnya sudah lain. Contohnya Tere Liye, Andrea Hirata, atau Dee Lestari. Mereka semua penulis yang luar biasa karena sudah banyak menelurkan karya-karya yang “Bukan Konsumsi Pasar Indonesia”

Jadi, kalau ngomongin tentang penulis fantasi Indonesia, mungkin ada banyak dan bagus-bagus. Tapi tidak terlalu terkenal dan akhirnya karyanya “ditelan” oleh novel-novel lain yang gitu-gitu aja. Sayang sekali, di Indonesia banyak sekali penulis yang bagus. Hanya saja banyak yang lebih baik “cari aman” dan lebih memilih menulis sesuatu yang mainstream sesuai selera pasar karena lebih dikenal.

Mungkin itu saja unek-unek yang coba kulimpahkan di sini. Semoga banyak penulis di Indonesia yang tertarik menekuni genre fantasi yang bukan sekedar “kisah cinta.” Doakan semoga novel fantasi yang tengah kukembangkan menjadi terkenal dan mudah-mudahan bisa mencapai kelas seperti Percy Jackson. Aaminn Insya Allah.


Rara Restu Humaira 
Penulis yang bermimpi jadi kaya raya. Tapi kenyataan selalu menghantam diri ini. Ya salam, semoga apa yang dicita-citakan di siang bolong jadi kenyataan. Aamiin.