Kok Ada Sih Orang Berdagang dengan Konsep Sedekah?

Kelly Sikkema on Unsplash

Penulis:        Latatu Nandemar
Editor:          Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Saya yang mulai khawatir dengan serbuan lemak di pinggang dan juga perut akhirnya memutuskan untuk lari pagi di hari Minggu di sebuah alun-alun kota tempat saya tinggal.

Ketika dalam perjalanan pulang, di kanan dan juga kiri saya banyak sekali para pedagang dadakan yang memajang dagangan mereka di atas lapak-lapak sederhana.

Ada yang berjualan makanan dan ada juga yang berjualan mainan. Tetapi, ada satu pedagang makanan nasi uduk yang menarik perhatian saya ketika itu. Selain karena pedagang yang berjualan tersebut disesaki oleh pembeli, tetapi juga ada sebuah papan tulisan yang tertera begitu tegas, "BAYAR SEIKHLASNYA". Begitu tulisan tersebut dengan warna yang lumayan mencolok.

Karena penasaran, saya tanyakan kepada mereka yang sudah berhasil memenangkan kompetisi dalam antrian membeli makanan tersebut. Dari penjelasan salah satu pembeli, saya menangkap bahwa si penjual membebaskan jumlah nominal pembayaran dari setiap pembeli karena penjual tidak berorientasi pada keuntungan semata, tetapi ingin beribadah dalam bentuk sedekah. Jadi, silakan bayar seikhlasnya sesuai kemampuan.

Saya jadi teringat, sekitar tahun 2020 bulan Oktober silam, pernah juga viral ada seorang pedagang bakso yang menggunakan konsep serupa. Sang pedagang menerapkan harga yang tidak jelas alias dalam bahasa si pedagang berjualan dengan ikhlas.

Saya cukup terhenyak dengan konsep berjualan yang digunakan oleh si pedagang. Terhenyak dalam ketidaksetujuan. Karena jika kita telaah lagi hal tersebut, maka akan ada pihak yang dirugikan jika konsep berjualan tanpa mengedepankan kejelasan harga.

Saya yang mengenyam pendidikan Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam, di mana segala konsep ekonomi selalu berlandaskan pada hukum agama jadi teringat dengan pelajaran-pelajaran Ekonomi Islam yang saya pernah pelajari dahulu.

Bahwa dalam urusan jual beli atau perniagaan dan juga urusan penyediaan jasa, penetapan harga adalah sebuah keharusan. Ini penting. Karena dengan adanya penetapan harga, maka ada yang namanya kejelasan harga. Karena ketika harga menjadi tidak jelas, akan ada yang namanya distorsi pasar dan itu akan sangat berimbas pada kompetitor yang berjualan dengan komoditas sejenis. Terjadilah persaingan yang sakit alias tidak sehat.

Ketika diterapkan konsep sedekah pada transaksi jual beli, dengan membayar seikhlasnya tersebut, tentu akan membuat pelaku usaha yang sama akan mati, karena banyak konsumen dari berbagai kalangan, baik itu kalangan kaya, kalangan menengah, kalangan miskin akan tertarik untuk membeli kepada pedagang tersebut karena tak ada harga yang ditetapkan. Bisa membayar berapa saja itu menyenangkan bagi konsumen, tetapi sangat tidak menyenangkan bagi mereka yang berniaga dengan barang yang sama.

Misalnya saja, para konsumen yang gemar bersedekah dan dari status sosial kaya, tentunya lebih memilih membeli kepada penjual yang dianggap memiliki rasa akan ketertarikan yang sama tentang sedekah. Dikarenakan adanya perasaan ikatan emosional yang terjalin antara penjual dan juga pembeli karena merasa memiliki satu “hobi”.

Kemudian penjual dengan konsep sedekah akan sangat diminati oleh pembeli yang memiliki uang terbatas. Karena dia bisa membayar tanpa khawatir kekurangan uang untuk membayar apa yang akan dibeli olehnya.

Dan kemudian, mereka yang berasal dari kalangan miskin pastinya akan memilih membeli pada penjual yang membolehkan kita membayar dengan sukarela. Alasannya adalah sudah pasti karena finansial mereka yang tidak mencukupi sehingga lebih memilih membeli kepada penjual yang baik hati.

Maka, jika semua jenis tipe konsumen akan lebih tertarik terhadap penjual yang menerapkan harga seikhlasnya, lambat atau cepat (atau sebaliknya), akan habislah mereka para kompetitor yang memang berjualan karena mencari kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ingat, mungkin si ahli sedekah tidak membutuhkan uang dari hasil dirinya berjualan, tetapi di sekitar kita ini masih banyak yang berjualan karena memang sangat membutuhkan untuk menghidupi keluarganya. Sangat bergantung pada pembeli.

Menurut saya Jika mau bersedekah, terapkanlah harga yang jelas dan tidak menjatuhkan kompetitor. Setelahnya, silahkan sedekahkan uang hasil dari perniagaan tersebut kepada orang-orang yang memang tidak mampu. Dengan begitu, siklus ekonomi tetap berjalan dan niat baik tetap terlaksana tanpa ada pihak yang harus terluka.

Jangan sampai ingin berbuat baik malah memberikan efek tidak baik bagi orang-orang di sekitaran kita.

Latatu Nandemar

Anak baik yang tidak suka keramaian.