Redaktur Cangkeman: Saya Muak dengan Tulisan Kalian!
![]() |
Nsey Benajah on Unsplash |
Cangkeman.net - 15 Juli 2023 adalah hari terakhir Cangkeman menerbitkan tulisannya lagi. Bukan tidak ada lagi yang menulis di Cangkeman, bukan pula platform ini gulung tikar atau bukan juga dibeli Mas Elon buat dirubah namanya jadi X2, misalnya.
Bagi para penulis Cangkeman yang saya yakin lebih sering membuka Cangkeman daripada para pembaca Cangkeman -meskipun penulis Cangkeman juga sering ngaku-ngaku menjadi pembaca Cangkeman- mungkin banyak yang bertanya-tanya. Bukan hanya karena kehilangan ladang untuk menulis seklaigus dibayar, namun coin-coin mereka yang mengendap di sini akan sangat mubadzir. Apalagi bagi mereka yang jumlah coin-nya sudah hampir menyentuh batas minimal.
Sebagai seorang redaktur yang mengatur jalannya penerbitan, saya akan bercerita mengapa hal ini terjadi. Tapi sebelumnya, saya kasih tau, tulisan ini banyak sekali curhatnya. Jika kamu tidak ingin buang-buang waktu dengan cerita orang yang bahkan kamu tidak pernah melihat batang hidungnya, maka berhentilah membaca sampai sini lalu bacalah tulisan-tulisan sebelun ini atau nanti setelah ini -jika ada lagi.
Jadi begini, suka atau enggak, walaupun saya bilang Cangkeman adalah milik kita semua dan kita bebas ngomong apa aja di sini, tapi pada faktanya, Cangkeman bukan milik kita semua, bahkan dari sejak awal pendiriannya ini ditujukan sebagai website pribadi, bukan situs terbuka seperti saat ini.
Saya dan teman saya yang sekarang becandaanya mulai membapa-bapak itu adalah 2 orang gabut yang problematiklah awal kemunculan Cangkeman. Saya bilang kami problematik memang pada kenyatannya pada saat membangun ini Cangkeman, kondisi kita berdua memang sedang tidak baik-baik saja, mungkin karena itulah waktu itu kita melarikan diri dari masalah kepada tulisan. Karena emang kebanyakan lelaki kan bisa cerita nab-nabi, konspirasi, UFO, alien, smpai cerita tembus langit tenggelam laut juga tetap aja jarang sekali mau cerita tentang rasa sakit yang telah dihadapinnya. Makannya mungkin yah mungkin saat itulah Cangkeman menjadi oase bagi kita berdua.
Waktu berjalan, ternyata pengunjung situs kami cukup banyak. Hal itu terjadi mungkin karena kami punya banyak teman dan sikap narsistik kami juga mempengaruhi akan hal itu. Sampai akhirnya kita bisa menembus Google Adsense pada bulan ketiga.
Kami senang sekali saat adsense kami bisa tembus. Bukan karena kami mengharap pendapatan dari situ, karena kami tau kalau adsense situs web itu enggak bisa diharapkan. Namun dengan tembusnya adsense berarti situs web kami sehat dan dipercaya google.
Badai pasti berlalu. Saya dan teman saya yang njancuki itu perlahan-lahan meninggalkan hal-hal yang sifatnya problematik. Kita mulai disibukkan dengan banyak hal. Banyak pelarian yang bisa kita kunjungi. Karir, pendidikan, pertemanan, apapun kita jajali. Teman saya bahkan menikah -sekarang sudah dikarunia seorang putra-.
Tentu Cangkeman tidak bisa menjadi pelarian kami selamanya. Namun untuk ditinggalkan tentu tidak mudah. Ada banyak emosi kami di dalam situs ini. Bukan, bukan tentang membangun situs ini yang mungkin orang kira sampai berdarah-darah atau bagaimana. Enggak kok, kami tidak terlalu banyak aksi untuk memelihara situs ini. Ini tentang catatan-catatan kami, manuskrip-manuskrip yang pernah kami tuliskan di sini adalah jejak intelektual dan emosi kami, maka waktu itu kami memutuskan agar tempat ini bisa dijadikan monumen bagi orang-orang lainnya.
Akhirnya kami berkembang. Banyak tangan-tangan ikut bergabung secara sukarela. Jadi lah Cangkeman bukan hanya situs web, kita membuatkan perseroan untuk situs ini. Di bawah naungan PT Cangkeman Utama Kreasi, kami terus bergerak selaw-selaw saja.
Saya sendiri di-plot untuk mengatur jalannya keredaksian. Hal-hal mana saja yang akan diterbitkan, mana yang tidak diterbitkan. Hal itu membuat saya harus membaca semua kiriman-kiriman para kontributor website ini.
Kita semua tau, kalau situs ini banyak berisi pisuhan, unek-unek yang tidak dapat tersampaikan secara lisan, hingga amarah-amarah yang selama ini terpendam. Hal itu sedikit menganggu psikologis saya. Setiap saya membuka kiriman para kontributor, seakan saya diserang sebuah keluhan yang tiada habisnya. Setiap membuka website ini, saya melihat auranya sangat negatif, bikin saya puyeng entah kenapa.
Belum lagi tulisan-tulisan yang tidak sepaham dengan prinsip hidup saya. Saat saya baca kok yah aku pengen bilang, "Pikiranmu kok pekok ngene?". Tapi yah mau bagaimana? Kalau gagasan yang dia bawa bagus dan memang pantas tayang, masa tidak saya loloskan? Bukankah perbedaan pendapat sah-sah saja di Cangkaman?
Nah, masalah lagi kalau tulisannya jelek, acak-acakan, susah dibaca, susah diedit juga. Muak banget saya kalau nemu tulisan seperti itu. Saya harus membaca berulang-ulang untuk memastikan ini tulisan layak tayang atau tidak.
Membaca tulisan-tulisan orang marah, orang kesal, hingga membaca tulisan jelek itu semua ternyata sangat menguras energi. Memang aku tidak sendirian, aku ditemani beberapa tangan-tangan yang dengan sukarela membantu saya. Tapi lama-lama tetap saja saya muak dengan tulisan-tulisan di Cangkeman.
Maka dari itu, jika kami berhenti sejenak menerbitkan tulisan, itu sebagian besar karena rasa muak yang saya alami. Egois memang, tapi mau bagaimana? Saya ingin Cangkeman tetaplah Cangkeman, ia tidak pernah terikat apapun, bisa melesat begitu jauh, bisa berhenti, atau nanti jika dibubarkan yah bisa aja.
Catatan:
Tulisan ini ditulis 31 Agustus 2023, waktu itu Cangkeman menghentikan penerbitan dan rencananya akan kembali terbit di tanggal 1 September 2023 dan tulisan ini menajdi pembuka. Namun karena kondisi belum mulus untuk kembali terbang, maka kami mengundurnya hingga 1 bulan ke depan dan tulisan ini malah lupa diterbitkan. Tae!

Posting Komentar